Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - President JAG Energy Co.Ltd., Yusuke Masuda dan President PT Awina Sinergi Indonesia, Ananda Setiyo Ivannanto siang ini (29/11/2017) menandatangani kesepakatan kerjasama pasokan cangkang kelapa sawit buat JAG Energy, disaksikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Utusan khusus Presiden Indoensia Rachmat Gobel serta Dubes Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif.
“Kita akan memasok cangkang kelapa sawit bagi pembangunan 75MW biomas pembangkit listrik di Tahara, Aichi yang rencana akan dioperasikan tahun 2021,” papar Ananda khusus kepada Tribunnews.com siang ini (29/11/2017).
JAG Energy sudah mendapatkan sertifikasi Feed in Tariff dari Ministry of Economy, Trade, and Industry untuk operasi tahun 2021 sebesar 75 MW biomass powerplant di Tahara, Aichi dan sudah akuisisi lahan untuk pengembangan 200 MW operasi di tahun 2023 dan berikutnya sehingga membutuhkan bahan bakar.
“Untuk pembangkit 75 MW membutuhkan 330,000 MT pellet kayu per tahun. Sedangkan untuk pembangkit 200 MW membutuhkan 500,000 MT pellet kayu dan 500,000 MT cangkang kelapa sawit.”
Awina dimandatkan oleh JAG Energy untuk membantu mencarikan bahan bakar tersebut, dan mempunyai teknologi yang bisa mengolah dan mengkonversikan cangkang kelapa sawit tandan kosong sawit menjadi
bahan bakar.
Kerjasama ini mengaitkan pula Bakrie Brothers yang mempunyai kemampuan untuk bisa menyediakan bahan baku untuk bahan bakar tersebut.
Lalu apa manfaatnya?
Nilai 1 MT cangkang dihargai 80 USD per MT potensi transaksi 40 juta USD per tahun Sedangkan 1 MT pellet kayu dihargai 150 USD per MT, potensi transaksi 124.5 juta USD per tahun.
Dengan demikian Total potensi transaksi 164.5 juta USD (2.2 Trilliun IDR) per tahun selama 20 tahun atau total 3.29 miliar USD (44 Trilliun IDR).
“Terciptanya multiplier effect dari sisi peningkatan pemasukan kepada negara, dan terciptanya lapangan pekerjaan.
Lalu apa harapannya?
Jepang menurut Ministry of Economy Trade and Industry (METI) akan membangun hingga 4000 MW Biomass powerplant dengan bahan bakar dari limbah padat organik di tahun 2030.
“Selain itu Jepang juga membutuhkan kurang lebih 20 juta MT per tahun bahan bakar biomassa (cangkang, pellet kayu, dan sebagainya) sebagian besar dari Indonesia di tahun 2030.”
Potensi transaksi ekonomi dari Indonesia ke Jepang dari bisnis perdagangan bahan bakar biomassa di tahun 2030 sebesar 1,6~3 miliar USD (21.6~40.5 Trilliun Rupiah).
“Dengan begitu besarnya potensi transaksi yang dapat dihasilkan, untuk dapat diberikan keringanan pajak dan bea, yang dari pemasukan tersebut bisa digunakan untuk membangun pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya yang dibutuhkan oleh Indonesia ke depan, juga riset untuk pemanfaatan sumber
bahan bakar yang terbarukan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto juga mengharapkan kepada JAG Energy untuk melakukan investasi bidang energy terbarukan di Indoensia sehingga bisa langsung memberikan sumbangan energy kepada Indonesia dalam pembangunan pembangkit listriknya langsung di Indonesia.