"Lingkaran kekerasan akan muncul kembali dan menghancurkan peta jalan (road map) menuju perdamaian," katanya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, ketegangan di Palestina juga akan memperparah konflik dan perang di kawasan Timur Tengah.
Konflik di Timur Tengah yang melibatkan Israel dan Amerika Serikat akan dibaca publik sebagai konflik agama; Yahudi-Kristen melawan Islam.
"Hal ini akan menyuburkan radikalisme di kawasan lain khususnya dunia Islam termasuk Indonesia. Kampanye anti-smitik dan anti-Barat menjadi bahan baku penyebaran kebencian terhadap agama lain. Ia menjadi pupuk penyubur intoleransi bahkan kekerasan di negara-negara muslim," katanya.
Tak hanya itu, hal ini katanya juga bakal berdampak kepada masalah stabilitas internal anggota OKI
Oleh karena itu, publik internasional harus bersatu menentang tindakan Israel dukungan Amerika Serikat atas nama perdamaian dan atas nama kemanusiaan.
"Negara-negara OKI harus bekerja keras menghadang rencana Israel demi hak-hak rakyat Palestina untuk merdeka, mempertahankan wilayahnya dan bebas menentukan nasib sendiri (self determination). Masyarakat muslim dimana pun harus satu suara untuk menentang rencana Israel ini demi perdamaian di tanah Palestina, kawasan Timur Tengah dan negeri mereka sendiri," katanya.
Said Aqil Siradj Institute (SAS Institute) pun mendorong pemerintah Indonesia menempuh langkah-langkah diplomatik secara sungguh-sungguh untuk mencegah tindakan Israel ini dan memperkuat dukungan terhadap Negara Palestina Merdeka yang sejati.
Menurutnya SAS Institute mendukung sikap PBNU yang menentang keras kebijakan Israel ini.
SAS Institute menyerukan agar ada lebih banyak lagi lembaga madani atau 'civil society' untuk menentang keras tindakan Israel yang merusak perdamaian dunia tersebut.
SAS Institute juga menyerukan kepada masyarakat, khususnya umat Islam tidak terpancing oleh provokasi, agitasi dan penyebaran kebencian atas dasar agama terkait apa yang berlangsung di Palestina.
Sebab, hal tersebut bukanlah konflik antaragama tetapi merupakan pertarungan antara kekuatan pro perdamaian dan kemanusiaan melawan kekuatan tiran yang tidak berkemanusiaan.
"Lihatlah betapa masyarakat Barat keras menentang kebijakan Israel tersebut dan mengutuk Trump yang mendukungnya termasuk pimpinan tertinggi Vatikan, Sri Paus," katanya.