Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hasil survei yang dilakukan Yayasan Charity Santa, Minggu (24/12/2017) cukup mengejutkan.
Sebanyak 130 responden atau 36,9 persen berharap tidak ada Natal di Jepang karena menyita banyak uang.
"Kami tak bisa memeriahkan Natal jadi malah tambah sedih kalau datang Natal. Padahal kami hanya berdua, ibu dan anak saja," kata seorang responden saat disurvei Yayasan Charity Santa.
Selain itu satu orang dari 10 orang juga menyampaikan kepada anaknya bahwa Sinterklas tidak akan datang, jadi jangan percaya Sinterklas datang apalagi bagi-bagi hadiah.
Baca: Gede Ngurah Astika alias Sandi Otak Pembunuhan Aiptu Suanda
Beberapa petugas Yayasan Charity Santa kemarin juga membagi-bagikan buku gambar kepada anak-anak Jepang ke rumah masing-masing dan diterima dengan sangat gembira oleh mereka.
Selain itu 40 persen ibu yang memiliki anak tanpa suami (single mother) mengakui tidak akan menghadiri perayaan natal.
Menurut Kementerian Kesehatan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, rata-rata penghasilan single mother di Jepang sekitar 3,5 juta yen per tahun atau sekitar 292.000 yen per bulan atau sekitar Rp 35 juta.
Baca: Istri dan Anak-anak Ahok Tetap Tegar Merayakan Natal di Mako Brimob
"Kelihatan sekali saat ini para anak-anak di Jepang memiliki perbedaan yang cukup besar karena latar belakang keluarganya dan sebagainya. Oleh karena itu dukungan lebih besar kiranya perlu dilakukan kepada anak-anak tersebut di masa depan agar impian anak-anak itu dapat terkabulkan," kata Noriaki Seisuke, Kepala Yayasan.