TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang memberi pengakuan kepada Yerusalem sebagai ibukota baru Israel menggantikan Tel Aviv membuat eskalasi politik di AS makin memanas.
Disampaikan seorang jurnalis di Amerika Serikat (AS), CJ Werleman, melalui akun twitter @cjwerleman, Minggu (24/12/2017),
kekerasan dan ancaman terhadap masyarakat Muslim meningkat karena pengumuman yang disampaikan oleh Presiden AS, Donald Trump terkait dengan Yerusalem yang dinyatakan sebagai ibu kota Israel.
Seorang warga, kata CJ Werleman, telah menceritakan kepedihannya.
"Anaknya yang berumur 14 tahun jadi korban hanya gara-gara agamanya Islam, demikian disampaikan oleh bapak kandungnya," sebut CJ Werleman.
Teriakan kesakitan dan kengerian yang terjadi karena tindakan brutal dan kejam itu tidak mengakhiri kekerasan para pelaku yang kian menggila.
Kebrutalan sejumlah siswi di sekolahnya dengan disertai ucapan rasisme dan tindakan sadis itu direkam.
Baca: Ciri-Ciri Penembak Debt Collector di Bekasi: Berkulit Terang, Rambut Cepak dan Perut Gendut
Baca: Diputuskan di Malam Natal, Gerindra Bersama PKS dan PAN Sepakat Koalisi di Lima Provinsi
Serangan itu terjadi hanya karena agamanya Islam, kata dia. Siswi malang itu, kata CJ Werleman, memang tidak melakukan perkawanan.
"Jadi, dia memang tidak mau melawan, tangannya digunakan untuk melindungi tubuhnya," katanya.
Tindak kekerasan di sejumlah kawasan dunia memang meningkat seiring dengan tindakan-tindakan dan rasisme yang disebarkan oleh Donald Trump, khususnya untuk membenci umat Islam.
Penulis: Gede Moenanto Soekowati