TRIBUNNEWS.COM, ARAB SAUDI - Otoritas olahraga Arab Saudi telah menutup sebuah pusat kebugaran wanita di Riyadh.
Penutupan itu dilakukan setelah ada video viral yang berisi seorang wanita berpakaian ketat mememperlihatkan aurat beredar secara luas.
Ada juga video yang menunjukkan seorang wanita dalam pakaian olahraga yang berpelukan.
"Kami tidak akan mentoleransi ini," kata kepala otoritas olahraga Arab Saudi, Turki al-Sheikh, ketika dia memerintahkan agar lisensi pusat kebugaran itu dicabut.
Syekh, seorang penasihat untuk Putra Mahkota Mohammad bin Salman, juga mengatakan kepada pihak berwenang untuk menyelidiki dan menuntut mereka yang berada di balik video itu.
Baca: Keren, Komentator Sepak Bola Arab Puji Setinggi Langit Aksi Menawan Pemain Persija Ini
Video itu, yang beredar luas di media sosial tetapi tidak dapat diverifikasi secara independen oleh AFP, menunjukkan seorang wanita dengan rambut terbuka di tempat yang tampaknya merupakan pusat kebugaran dan menendang karung tinju.
Otoritas olahraga mengatakan video itu berisi adegan yang dapat merusak moral publik.
Saud al-Qahtani, penasihat media di istana kerajaan, memuji respon cepat otoritas olahraga itu.
Dia mengatakan di Twitter bahwa kerajaan itu berada di jalur 'moderasi tanpa gangguan moral'.
Perempuan diminta untuk mengenakan jubah abaya yang menyelimuti tubuh dan juga menutupi rambut mereka di depan umum.
Juli lalu, polisi menanyai seorang wanita setelah dia muncul dalam serangkaian video, awalnya diposting ke Snapchat, memakai crop top dan rok mini berpinggang tinggi.
Dia telah difilmkan berjalan melalui benteng bersejarah Ushaiqer, utara Riyadh, dan bermain dengan pasir di bukit-bukit pasir.
Dia kemudian dibebaskan tanpa biaya.
Arab Saudi, di tengah-tengah upaya liberalisasi yang meluas, akan mengizinkan perempuan untuk mengemudi di jalan raya.
Kerajaan baru-baru ini mengizinkan mereka memasuki stadion olahraga untuk pertama kalinya.
Pemerintah juga berusaha untuk memulai olahraga wanita dan bergerak menuju kelas wajib belajar fisik untuk anak perempuan, setelah larangan dicabut pada tahun 2014.
Tetapi kerajaan masih menuntut perempuan untuk meminta izin dari wali laki-laki - biasanya ayah, suami atau saudara laki-laki - untuk belajar, bekerja atau bepergian. (Dailymail/pro)
Penulis: Suprapto