TRIBUNNEWS.COM - Krisis baru timbul di barak pengungsi Rohingya.
Beberapa wanita korban pemerkosaan dikabarkan segera melahirkan.
Dikutip dari Washington Post, Doctors Without Borders dan Save The Children tengah berjuang untuk mempersiapkan kelahiran anak-anak tanpa ayah di Rohingya.
Doctors Without Borders mencatat 160 kasus korban perkosaan hamil antara Agustus 2017-Februari 2018 di barak pengungsian besar di Bangladesh.
Angka itu diperkirakan akan meningkat secara dramatis.
Menurut UNFPA, sekitar 13.500 wanita Rohingya menderita kekerasan seksual saat mereka melarikan diri dari rumah mereka dan pergi ke Bangladesh.
"Puncak pemerkosaan adalah Agustus 2018," ujar Daniella Cassio, bidan sekaligus koordinator pengkaji kekerasan gender berbasis seksual Doctors Without Borders.