TRIBUNNEWS.COM, MOSUL - Lebih dari sembilan bulan setelah kelompok teroris ISIS berhasil dikalahkan di Mosul, para penduduk setempat tiada hentinya 'berurusan' dengan 'jejak' pascapertempuran.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Jumat (1/6/2018), ribuan mayat milik warga sipil serta pejuang ISIS itu masih berada di bawah reruntuhan bangunan di kota tua Mosul.
Sementara Pertahanan Sipil Irak awalnya menolak untuk mengangkat tubuh para pejuang ISIS, sekelompok relawan muda terus bergerak mengangkut mayat para teroris itu.
Kawasan al-Midan, yang merupakan benteng terakhir pejuang ISIS selama tahap akhir pertempuran di Mosul itu, merupakan episentrum dari kehancuran.
Penembakan secara butal yang dilakukan pesawat tempur dalam perang tersebut mengakibatkan puluhan rumah runtuh dan ratusan orang terkubur di bawah reruntuhan.
Meskipun tidak mendapatkan pelatihan atau keahlian formal, kelompok relawan muda itu secara manual mengumpulkan mayat-mayat itu.
Mereka bekerja pada pagi hari, saat bau mayat itu tidak begitu menyengat.
Awalnya, mereka terdiri dari tim yang beranggotakan empat orang, namun melalui informasi yang disampaikan di media sosial, kelompok itu kemudian berkembang menjadi sekira 30 anggota.
Tugas mereka tidak mudah, banyak dari tubuh mayat para pejuang ISIS itu memiliki sabuk bunuh diri.
Sehingga membuat pengumpulan jasad itu berbahaya dan sangat sulit.
Setelah tujuh bulan melakukan pengumpulan mayat, para relawan itu akhirnya bisa mengumpulkan lebih dari 1.200 mayat.
Karena Pertahanan Sipil baru-baru ini kembali menjalankan fungsinya, maka kelompok relawan itu kini mencari cara berikutnya untuk memberikan kontribusi positif bagi rehabilitasi kota mereka.