TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel membunuh seorang perawat Palestina pada Jumat (1/6/2018).
Saat itu Razan Al-Najjar sedang mencoba untuk membantu seorang pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.
Dilansir Tribunnews.com dari Reuters pada Minggu (3/6/2018), hal ini diungkapkan oleh pejabat kesehatan dan saksi.
Sementara itu Israel mengatakan militan telah menyerang pasukannya dengan tembakan dan granat.
Kematuan Razan Najjar menjadi warga Palestina ke-119 yang tewas dalam demonstrasi mingguan yang diluncurkan pada 30 Maret 2018 silam di Jalur Gaza.
Sebuah daerah yang dikendalikan oleh kelompok Islam Hamas dan subyek panjang untuk menggiling emabrgo Israel di Mesir.
BACA: Kesedihan Ibunda Razan Al Najjar: Kuharap Bisa Melihatnya Dalam Gaun Pengantin, Bukan Kain Kafan
Najjar, seorang sukarelawan medis berusia 21 tahun ditembak ketika dia berlari menuju pagar perbatasan berbenteng di sebelah timur kota Gaza, Khan Younis, dalam upaya untuk mencapai korban.
Mengenakan seragam putih, Najjar mengangkat tangannya tinggi-tinggi secara jelas namun tentara Israel melepaskan tembakan dan mengenai dadanya.
Seorang juru bicara militer Israel tidak memberikan komentar tentang kematian Najjar.
Para perwira Israel sebelumnya mengatakan bahwa penembak jitu militer hanya menargetkan orang-orang yang mengajukan ancaman.
Tetapi peluru kadang-kadang dapat melewati mereka atau memantul dan mengenai orang lain.
Para pejabat medis Gaza mengatakan sedikitnya 100 warga Palestina terluka oleh tembakan tentara pada demonstrasi massa hari Jumat tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengatakan pasukannya telah bertindak untuk membubarkan ribuan perusuh di lima lokasi.
Dikatakan sebuah kendaraan IDF (Israel Defense Forces) ditembakkan dan seorang tersangka diidentifikasi melintasi pagar keamanan di Jalur Gaza utaa dan menanam granat yang meledak ketika ia kembali ke jalur Gaza.
Tidak ada korban jiwa dari Israel selama konfrontasi perbatasan, tetapi Israel telah melaporkan kerusakan yang luas terhadap lahan pertanian dari layang-layang pembawa api yang diterbangkan dari Gaza.
Lonjakan kekerasan di perbatasan meningkat pekan ini ke pertukaran penembakan paling intensif antara Israel dan Hamas serta faksi bersenjata Palestina lainnya sejak 2014.
Namun, kekerasan yang tidak menyebabkan korban jiwa, terhambat dengan mediasi gencatan senjata Mesir.
Dalam unjuk rasa yang disebut sebagai bulan kemunduran besar, orang-orang Palestina telah menyerukan hak untuk kembali ke tanah yang hilang ke Israel selama perang saudara tahun 1948.
Israel menyebut mereka melakukan sebuah taktik untuk melanggar perbatasannya dan membelokkan pengawasan dari masalah-masalah pemerintahan Hamas.
Tanggapan mematikan Israel telah menarik kecaman Internasional.
Jumlah demonstran hari Jumat lalu berkurang dari minggu-minggu sebelumnya, tapi diperkirakan akan tumbuh minggu depan karena orang Palestina menandai peringatan penangkapan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi Barat serta Yerusalem Timur dalam perang 1967.
Sementara itu, di rumahnya di Khan Younis, ibu Najjar, Sabreen jatuh pingsan karena dia menerima seragam bernoda darah putrinya.
Ia menangis sambil mengenang kematian putrinya.
"Mereka (Israel) tahu Razan, mereka tahu dia seorang paramedis, dia telah membantu mengobati luka sejak 30 Maret," ungkapnya.
Seragam Najjar tersebut diketahui dibawa oleh sang ayah, Ashraf, terlihat seragam tersebut berlumuran darah milik Najjar.
"Malaikatku meninggalkan tempat ini, dia sekarang berada di tempat yang lebih baik. Aku akan sangat merindukannya. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai, putriku yang cantik," ratap sang ayah.
Bahkan, sebelum meninggal dunia Najjar sempat menyampaikan pesan kepada sang ayah.
"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.
Sementara itu, pernyataan dari Kementerian Kesehatan Gaza berkabung atas kepergian Najjar dan dianggap sebagai martir.
Saat diwawancarai oleh Reuters pada bulan April pun Najjar mengatakan dia akan melihat demonstrasi tersebut sampai akhir.
Bahkan ia juga sempat mengunggah seruannya di akun Facebook pribadinya sebelum meninggal dunia.
"Saya kembali dan tidak mundur,"
VIRAL: Sebelum Tewas Ditembak Tentara Israel, Inilah Pesan Terakhir Perawat Razan Najjar untuk Sang Ayah
"Serang saya dengan pelurumu. Saya tidak takut," tulis Najjar pada akun Facebook-nya.
(Tribunnews.com/Natalia Bulan Retno Palupi)