News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tanpa Dakwaan Jelas, Pangeran dan Pejabat Tinggi Arab Saudi Tetap Ditahan di Penjara

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Otoritas Arab Saudi menahan anggota keluarga kerajaan, menteri serta pengusaha ternama di penjara yang berada di negara tersebut.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Otoritas Arab Saudi menahan anggota keluarga kerajaan, menteri serta pengusaha ternama di penjara yang berada di negara tersebut.

Hal itu membuat terjadinya peningkatan kasus penangkapan pada beberapa bulan setelah dimulainya serangan anti-korupsi, seperti yang dilaporkan The Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu lalu.

Dilansir dari laman Al Jazeera, Jumat (6/7/2018), pejabat pemerintah dan orang-orang yang berkaitan dengan penjara mengatakan bahwa banyak dari mereka yang ditahan tanpa dakwaan.

Para tahanan 'kelas atas' itu pun tidak mendapatkan hak lantaran memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kontak sedikitpun dengan anggota keluarga serta kuasa hukum.

Menurut kantor berira tersebut, banyak juga yang ditahan di penjara dengan keamanan maksimum dan beberapa bahkan mengalami 'perlakuan kasar'.

Baca: Sidang Vonis Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari Digelar Hari Ini

Diantara mereka yang ditahan merupakan seorang anggota senior keluarga kerajaan, Pangeran Turki bin Abdullah yang menjabat sebagai Gubernur Riyadh.

Pangeran Turki bin Abdullah adalah putra dari raja sebelumnya, Raja Abdullah.

Baru-baru ini, tiga milarder dari keluarga Mahfouz, sebuah kelompok perbankan terkemuka di Arab Saudi, telah ditahan karena alasan yang tidak disebutkan, kata para pejabat.

Sementara Juru Bicara pemerintah Arab Saudi enggan menanggapi permintaan dari WSJ untuk memberikan komentar.

Wakil Jaksa Agung kerajaan mencatat bahwa beberapa tahanan menghadapi tuduhan yang tidak terkait kasus korupsi, seperti keamanan nasional dan terorisme.

Perlu diketahui, puluhan anggota keluarga kerajaan, menteri dan pengusaha papan atas ditangkap pada awal November tahun lalu selama masa pembersihan atau 'anti-korupsi' yang diluncurkan oleh Putra mahkota Mohammad bin Salman al Saud.

Tuduhan terhadap mereka yang ditahan, termasuk diantaranya pencucian uang, penyuapan dan pemerasan.

Penindasan, yang terjadi melalui keputusan kerajaan pada November 2017 lalu, merupakan tanggapan terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh sejumlah petinggi yang telah menempatkan kepentingan pribadi mereka sendiri di atas kepentingan publik, demi mendapatkan uang secara tidak sah.

Sebagian besar dibebaskan setelah mencapai kesepakatan pemukiman dengan pemerintah, termasuk pengusaha Arab Saudi sekaligus miliarder Pangeran Alwaleed bin Talal.

Pada Januari lalu, Jaksa agung Arab Saudi Sheikh Saud al-Mojeb mengatakan bahwa kerajaan telah menyita lebih dari USD 100 miliar dari pemukiman anti-korupsi.

Para ahli telah mencatat bahwa penangkapan itu merupakan cara bagi Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk mengkonsolidasikan kekuatan ekonomi serta politik di Arab Saudi.

Beberapa tahanan yang dibebaskan dari Ritz Carlton telah dikenakan larangan bepergian dan beberapa harus mengenakan alat yang bisa memantau mereka yang dipasangkan di mata kaki, kata orang-orang yang dekat dengan para tahanan itu.

Para tahanan yang lain juga telah menjadi pendukung dan mencoba melakukan pendekatan dengan Mohammad bin Salman.

Setidaknya satu orang telah terjun dalam bisnis yang bekerjasama dengan pemerintah, kata WSJ.

Menurut media tersebut, diantara mereka yang ditahan adalah Mohammed al-Amoudi miliarder Saudi Ethiopia, Bakr bin Laden Ketua perusahaan konstruksi raksasa Arab Saudi Bin Laden Group, Amr al Dabbagh mantan Kepala Lembaga Investasi Arab Saudi serta Adel Fakeih mantan Menteri Ekonomi yang pernah menjadi asisten Mohammed bin Salman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini