Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 77 orang tewas dan 30.000 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat gelombang panas yang menerpa Jepang selama dua pekan terakhir.
Dilansir Straitstimes, Selasa (24/7/2018), gelombang panas tersebut menjadi temperatur tertinggi di negeri Sakura tersebut, dengan suhu mencapai 41,1 derajat Celcius di kota Kumagaya di wilayah Greater Tokyo pada Senin (23/7/2018) pukul 14.16 waktu setempat.
Temperatur itu memecahkan rekor lima tahun sebelumnya di angka 41,0 derajat Celsius di Shimanto, Prefektur Kochi pada Agustus 2013.
Badan Penanggulangan Bencana Jepang (JMA) memperbarui jumlah korban tewas hingga saat ini mencapai 77 orang, yang terdiri dari sebagian besar lansia berusia 72-95 tahun.
"Ada pula korban anak-anak yang tak sadarkan diri ketika sedang bertamasya di luar bersama sekolahnya," kata juru bicara JMA, Motoaki Takekawa, Senin (23/7/2018).
JMA memperkirakan Jepang akan terus mengalami suhu di atas 35 derajat Celcius hingga awal Agustus.
"Hal ini disebabkan oleh dua sistem bertekanan tinggi yang memampatkan udara hangat ke tanah, serupa dengan dua lapisan tebal selimut yang menutupi kepulauan Jepang," katanya.
JMA telah mengeluarkan himbauan agar masyarakat tak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar dan banyak mengonsumsi air putih. Hal ini untuk menghindari kelelahan dan dehidrasi, hingga stroke.