Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS Tokyo - Menteri Pertahanan Jepang Yoshifumi Onodera menyatakan masih belum menerima penawaran yang pasti mengenai harga satu set sistim pertahanan peluru kendali Aegis Ashore dari produsennya dan juga diperkirakan harga akan berubah-ubah.
"Kami belum tahu berapa harga pasti sistim Aegis Ashore karena juga harga itu pastinya akan terus berubah-ubah setiap saat," papar Menteri Onodera hari Selasa ini (24/7/2018).
Sistim tanggal tercanggih anti peluru kendali lawan Aegis Ashore memang dimasukkan ke dalam anggaran pertahanan tahun fiskal 2023.
"Semua masih tergantung kepada konfigurasi yang akan dipasang dan dibeli nantinya, dan harga juga akan berfluktuasi," tambahnya.
Sumber Tribunnews.com mengungkapkan harganya kemungkinan akan berlipat ganda menjadi sekitar 100 miliar yen per satu set nantinya.
Harga radar baru akan meningkat sekitar 30%, menjadi sekitar 250 miliar yen. Belum lagi harga-harga yang lain yang kemungkinan akan mendapat pertanyaan banyak dari kalangan oposisi nantinya.
Sistem Aegis Ashore dikembangkan AS di perfektur Akita dan Yamaguchi, yang bertujuan untuk menutupi (mempertahankan) seluruh wilayah Jepang.
Perkiraan itu menggelembung ketika kementerian pertahanan mempertimbangkan memperkenalkan radar SSR Lockheed Martin Corp sebagai komponen kunci dari sistem perisai rudal. Radar Lockheed telah berubah menjadi lebih mahal daripada sistem yang saat ini dikerahkan pada destroyer Pasukan Pertahanan Diri Maritim.
Biaya untuk membangun fasilitas di situs host untuk sistem Aegis Ashore juga diperkirakan akan meningkat, sementara rudal pencegat SM-3 Blok 2A yang dikembangkan bersama oleh Jepang dan Amerika Serikat diatur untuk membawa label harga sekitar 4 miliar yen masing-masing, lebih lanjut meningkatkan total biaya pertahanan Jepang.
Pemerintah memutuskan pada pertemuan Kabinet Desember lalu untuk memperkenalkan sistem pertahanan rudal darat. Pada saat itu, Tokyo merasakan kebutuhan yang semakin meningkat untuk memperkuat perisai rudal setelah Korea Utara melakukan uji coba sekitar 20 rudal balistik tahun lalu, dua di antaranya terbang di atas wilayah Jepang.
Sejak pertemuan puncak AS-Korea Utara pada 12 Juni, ketegangan di Semenanjung Korea telah mereda. Namun Kementerian Pertahanan mengatakan akan terus mencari pengerahan sistem Aegis Ashore, karena ancaman yang ditimbulkan oleh Korut tetap ada.
Rencana itu telah memicu kekhawatiran di antara penduduk setempat dari perfektur Akita dan Yamaguchi karena mereka takut bahwa perisai rudal, yang akan dikerahkan di tempat-tempat stasioner, bisa menjadi target baru terorisme.
Anggota masyarakat di sana juga menyuarakan kekhawatiran bahwa radar sistem, yang memancarkan gelombang radio yang kuat, bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.