Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menghadapi perang Hibrida (gabungan dunia maya dan perang fisik), Kementerian Pertahanan Jepang khususnya Badan Beladiri Jepang (SDF) kini merekrut tenaga khusus untuk Cyber SDF dengan gaji 23 juta yen atau sekitar Rp 3,2 miliar per tahun atau sekitar Rp 260 juta per bulan.
"Kami ingin menyambut para ahli keamanan informasi untuk tahun fiskal 2009 sebagai administrasi terbaiknya dengan pendapatan tahunan sekitar 23 juta yen akan mengamankan talenta terbaik. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk menanggapi "perang hibrida" yang menggabungkan serangan dunia maya dan serangan bersenjata fisik," ungkap Keitaro Ono, seorang pejabat SDF Jepang baru-baru ini.
Sumber Tribunnews.com, Jumat (31/8/2018) membenarkan hal tersebut seiring dengan semakin tajam dan bertubi serang dari luar Jepang ke dalam berbagai situs Jepang khususnya situs pemerintahan Jepang akhir-akhir ini.
Baca: Karyawan Louis Vuitton Ogah Ungkapkan Apa Saja yang Dibeli Jonatan Christie cs di Tokonya
"Keahlian dunia maya memang sangat penting karena di sanalah semua strategi negara kini terbentang untuk disebarluaskan. Sekali terungkap pihak luar sangat bahaya sekali kestabilan negeri ini," paparnya.
Lowongan dibuka bagi para warga Jepang dan terlebih baik kalangan yang memang terkait langsung maupun tak langsung dengan SDF Jepang.
"Karena ini terkait strategi negara khususnya pertahanan dunia maya Jepang, seleksi dan pemeriksaan tentu sangat ketat agar tidak ada kecolongan nantinya," kata dia.
Pemeriksaan akan mencapai pula keturunan dari si pelamar tersebut, bagaimana tugas kerja orangtuanya selama ini juga kakeknya, sampai tiga generasi akan diselidiki guna menghindari hal-hal tak diinginkan di bidang keamanan negara Jepang.
Tidak heran jumlah anggaran dan gaji yang besar itu dikeluarkan Jepang untuk para Cyber "Army" saat ini dan jumlah gaji itu pun bisa dikatakan masih biasa karena mereka adalah para pemegang kunci keamanan yang sangat penting bagi negara Jepang," ujarnya.