TRIBUNNEWS.COM - Setelah 17 hari secara keras menyangkal, Arab Saudi, melalui televisi nasional, akhirnya mengakui bahwa wartawan veteran Jamal Khashoggi, tewas "dalam perkelahian di kantor konsulat" Saudi di Istanbul, Turki.
Ini untuk pertama kalinya pihak berwenang Saudi mengakui Khashoggi telah meninggal dunia.
Baca: 5 Cara Mengobati Asam Urat Secara Alami
Terungkap pula bahwa wakil kepala badan intelijen Ahmed al-Assiri dan penasehat media kerajaan Saud al-Qahtani, yang dikenal dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dipecat oleh Raja Salman.
Letnan Jenderal Ahmed al-Assiri adalah salah satu tokoh kunci di lingkaran dalam Putra Mahkota.
Namanya meroket saat diangkat menjadi juru bicara Saudi dan koalisi pimpinan Saudi yang melancarkan perang di Yaman pada Maret 2015.
Selama dua tahun kemudian, ia menjalin kedekatan dengan Pangeran Mohammed bin Salman yang ketika itu menjabat sebagai menteri pertahanan dan menjadi arsitek perang di Yaman.
Dilempar telur di London
Jenderal Assiri fasih berbahasa Arab, Inggris, dan Prancis dan pintar menjelaskan argumen Saudi saat menjawab tuduhan bahwa militer Saudi semena-mena melakukan pengeboman di Yaman.
Nama Jenderal Assiri dikenal sejak diangkat menjadi juru bicara untuk menjelaskan posisi Saudi dalam perang di Yaman.
Pada Maret 2017 ia menghadiri konferensi internasional di London.
Sejumlah pemrotes mencoba menahannya dan melempar telur ke arah Jenderal Assiri sebelum ia memberikan sambutan.
Rekaman video memperlihatkan ia sangat marah dan menunjukkan jari tengah untuk mengirim "pesan provokatif" kepada para pemrotes.
Tak lama setelah kunjungan di London ini, ia diangkat menjadi wakil kepala badan intelijen Saudi.
Karier militer
Pangeran Mohammed bin Salman pernah menjadi Menteri Pertahanan dan menjalin hubungan dekat dengan Jenderal Assiri.
Pencapaian yang luar biasa bagi seseorang yang berasal kota kecil Muhayil di Provinsi Assir, di Saudi barat.
Di dinas kemiliteran ini, Assiri dilaporkan pernah mengenyam pendidikan di akademi militer bergengsi, seperti di Sandhurst (Inggris), West Point (Amerika Serikat), dan St Cyr (Prancis).
Sebagai perwira tinggi, Jenderal Assiri punya wewenang taktis untuk mengambil keputusan namun sejauh mana perannya dalam pembunuhan Jamal Khashoggi belum jelas benar.
Menurut satu sumber yang dikutip media Amerika Serikat, The New York Times, Jenderal Assiri diperkirakan mendapatkan otorisasi lisan dari Pangeran Mohammed bin Salman untuk menangkap Khashoggi dan membawanya ke Saudi untuk diinterogasi.