Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Identik dengan baju gelap yang selalu dipakai Ninja (Shinobi), ilmu yang tinggi sebagai ninja juga berisiko tinggi pula bagi orang yang tidak mengenal baik kelemahannya, karena kemungkinan dapat bersekutu dengan alam gaib dan setan.
"Menjadi guru bela diri terbaik memang setelah mencapai ban hitam (blackbelt) level 5 (godan). Namun dari godan ini juga akan muncul semakin banyak tantangan dan cobaan dihadapi orang yang berilmu tinggi, terutama yang belum mengenal sama sekali kelemahan dirinya," ungkap GrandMaster Masaaki Hatsumi kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu.
Risiko yang akan dihadapi ninja berilmu tinggi, pemilik ilmu Ninjutsu tersebut, antara lain akan semakin dekat dengan alam gaib dan setan.
"Orang yang sudah mencapai godan tidak sedikit yang akan merasa menjadi semacam magician, muncul halusinasi keagamaan, merasa hebat bahkan berusaha mencuci otak muridnya sesuai seleranya. Itu sangat berbahaya dan mengakibatkan muncul masalah nantinya," kata dia.
Itulah sebabnya Hatsumi sensei mengakui tidak mau mengajarkan muridnya yang dianggap masih belum siap diri meningkatkan ilmunya ke level yang lebih tinggi lagi.
"Kalau belum sempurna taijutsu yang dimiliki seseorang tidak akan baik mengajarkan kuji "gakorai tosha akuma fudo" karena tidak akan berguna dan justru membahayakan murid kita sendiri," tambahnya.
Pelajaran kuji yang diberikan tersebut dapat menghentikan gerakan seseorang sebelum menyerang kita dan kalau dalam Kristen lebih dikenal dengan istilah Mukjijat (miracles).
Artinya, apabila kita memiliki ilmu yang tinggi tersebut, bukan tidak mungkin seolah kita bisa menghilang sehingga membuat lawan kebingungan melakukan serangan.
Baca: Mengintip Peradaban Suku Kalash di Pakistan, Tempat Para Wanita Cantik Bermata Biru
Itulah sebabnya Sensei Hatsumi berulang kali sering mengingatkan, penguasaan ilmu yang sangat tinggi itu juga berisiko membuat manusia takabur akan dirinya menjadi seolah orang hebat seperti dewa, terkorupsi oleh pikiran dan hatinya yang tidak bersih.
"Banyak yang merasa bisa mempelajari, meningkatkan ilmunya, namun tidak akan ada yang memiliki hasil yang sama karena tiap manusia itu berbeda dalam segala hal. Bahkan saya sering mengatakan, banyak pelukis yang hebat, tetapi hanya ada satu Picasso. Lalu siapa yang akan menjadi saya punya Chagall, siapa yang menjadi Matisse? Saya menantikannya," kata dia.
Manusia harus menjaga dengan baik kestabilan dan karakternya yang baik, hati yang bersih, tidak merusak dalam arti apa pun, dan dapat mengenali sampai mendalam kelemahan dirinya di segala bidang.
Itulah sebabnya seorang Ninja bukanlah pembunuh. Tetapi justru hanya mencari informasi dan berusaha menghindari pertikaian apabila terjebak ketahuan lawan.
Keseimbangan antara kekuatan kita sendiri dari segi teknik dan di lain pihak kemampuan jiwa dan raga (badan) menampung kekuatan kita tersebut sangatlah penting diperhatikan.
Mulai belajar ilmu ninjutsu atau menjadi ninja menggunakan tiga pilar terpenting yaitu menggunakan pengajar yang baik, menggunakan video dan membaca buku.
Baca: Detik-detik Penangkapan Polisi Berpangkat Bripda, Pelaku Penculikan Siswi SMP di Banjarbaru
Dan penguasaan ilmu yang sudah tinggi biasanya lebih mendekatkan diri kepada feeling, aspirasi penguasaan diri sendiri dengan kreativitasnya, serta pendekatan diri kepada alam.
Di sinilah bila kelemahan kita tak dikenal dengan baik, bisa melenceng kepada alam gaib dan setan.
Apabila telah melenceng ke alam gaib dan setan, akan ada perjanjian pula biasanya dengan alam gaib tersebut dan selama hidupnya biasanya terseret "kontrak" tersebut sampai mati kalau tak mau terhukum oleh kontrak itu (karena pelanggaran) yang biasa disebut tenbatsu (hukuman Dewa).
"Ya lucu saja kalau sudah bersekutu dengan setan, jelas bukan lagi Ninja sebenarnya karena sudah menjadi makhluk kotor yang tak layak lagi disebut manusia," ungkapnya.
Info terlengkap mengenai Ninja dapat diakses gratis ke: www.shinobi.news.