Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LIBYA - Kematian fotografer ternama Libya, Mohamed Ben Khalifa yang bekerja untuk Russia Today, Ruptly dan AP, membuat rekan-rekannya di negara itu marah.
Mereka yang terdiri dari awak media, langsung turun ke jalan untuk mengecam kekerasan yang terjadi terhadap wartawan.
Diperkirakan puluhan wartawan Libya melakukan aksi protes atas apa yang dialami rekan seprofesi mereka.
Di Tripoli, beberapa pengunjuk rasa itu menutup mulut mereka menggunakan plester untuk menandai secara simbolis.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (21/1/2019), para jurnalis itu juga memegang foto mendiang Ben Khalifa serta kertas slogan yang ditulis dalam bahasa Arab, Inggris dan Prancis.
Tulisan tersebut berisi, "Libya tanpa media" dan "Jurnalisme bukan kejahatan".
Baca: Erdogan dan Trump Setuju Percepat Pembahasan soal Zona Keamanan di Turki-Suriah
"Ia (Ben) tewas saat membela dan menuntut hak-hak kami sebagai jurnalis," kata sesama wartawan, Tariq al-Houni saat menyampaikan tentang rekannya yang terbunuh.
Baca: Cerita Sopir Ambulans Tentang Istri Ustaz Maulana Meninggal, Berikut Deretan Faktanya
Awak media yang berkumpul di Benghazi pun mengeluarkan pernyataan sikap bersama.
"Kami mengutuk pelanggaran terbaru yang dilakukan oleh milisi bersenjata yang mencoba untuk mengintimidasi dan menekan Wartawan".
Ben Khalifa tewas dalam penembakan di dekat Tripoli pada Sabtu lalu.
Baca: Abu Bakar Baayir Enggan Tandatangani Janji Setia Kepada Pancasila, Sekjen PDIP: Tidak Bisa Ditawar
Laki-laki tersebut meninggalkan seorang istri dan seorang anak perempuan berusia enam bulan.
Ben merupakan salah seorang fotorafer dan jurnalis foto ternama di Libya.
Ia telah bekerja untuk agensi video Russia Today dan Ruptly sejak 2016 lalu.
Baca: Istri Ustaz Nur Maulana Meninggal Dunia, 4 Anak Pilih Tidur di Samping Jasad Almarhumah
Melalui bidikannya, Ben telah menghasilkan lusinan cerita tentang pertempuran di negara itu dan nasib para migran yang melarikan diri ke Eropa.