TRIBUNNEWS.COM, CARACAS – Presiden Venezuela Nicolas Maduro memutuskan hubungan diplomatiknya dengan AS.
Semua diplomat Washington diperintahkan meninggalkan negara itu dalam tempo 72 jam sejak Kamis (24/1/2019).
Sikap keras Maduro merupakan respon atas pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Juan Guaido, yang menyatakan diri sebagai Presiden ad-interim Venezuela.
Pengakuan AS ini diikuti Kolombia, Meksiko, Argentina, Brazil, Kanada, Chili, dan Paraguay.
Maduro menuduh AS menjalankan operasi pengambilalihan kekuasaan (kudeta) di negaranya. Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino menegaskan, militer menegaskan sikapnya melindungi konstitusi dan kedaulatan negara.
Tuduh Trump Jalankan Kudeta di Venezuela, Maduro Putuskan Hubungan dengan AS
Baca: Tersebar Potret Ahok Bersama Wanita Diduga Bripda Puput, Fifi Lety di Belakangnya
Tentara, menurut Padrino, akan membentengi rakyat Venezuela dari kepentingan gelap yang mengintervensi negaranya.
Aksi protes dan kekerasan berlanjut di Venezuela yang dilanda krisis politik dan ekonomi sejak bertahun-tahun.
Pemilu yang digelar akhir tahun lalu, diboikot kelompok oposisi, dan melahirkan krisis politik baru yang belum terselesaikan.
Nah, sejak kapan sesungguhnya Venezuela digoyang kepentingan asing? Surat kabar The Independent melaporkan pada 25 Juli 2017, Washington secara sistematis sejak lama berusaha menumbangkan pemerintahan Caracas.
Presiden Bolivia Dukung Maduro, Bergandengan Lawan Intervensi AS
Mereka bekerja secara terorganisir lewat Central Intelligence Agency (CIA). Operasi-operasi rahasia untuk mendestabiliasi Venezuela dijalankan sejak pemerintahan terdahulu, semasa Hugo Chaves yang berhaluan sosialis.
Chaves, mantan Kapten Angkatan Darat Venezuela merebut kekuasan lewat kudeta yang dipimpinnya.
Sejak itu Chaves berkuasa selama bertahun-tahun, hingga dipaksa lengser. Ia kemudian digantikan Maduro, yang sehaluan.
Venezuela, penghasil minyak dan pernah jadi eksportir terbesar ke AS, di tangan Chavez terlihat susah diatur oleh Washington.
Chaves membawa negaranya menjadi pemimpin perlawanan dan imperialism ala AS di Amerika Selatan.