News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Keluarga Ikeda Dapat Rumah Gratis di Okutama Jepang, Cuma Bayar Pajak 25.000 Yen Per Tahun

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jumlah rumah kosong dalam 30 tahun terakhir meningkat 250 persen menjadi 8,2 juta.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Keluarga Ikeda dari Perfektur Mie pindah ke Okutama, sebelah barat Tokyo mendapatkan rumah dengan luas sekitar 54 meter persegi secara gratis beberapa tahun lalu.

"Iya beberapa tahun lalu saya mengajukan diri kepada pemda Okutama karena membuka lowongan rumah gratis dan ternyata dapat rumah ini. Kami sekeluarga dengan anak tiga pindah ke sini," ungkap Ikeda kepada NHK.

Ternyata bukan keluarga Ikeda saja yang pindah gratis ke wilayah ini, ada 6 keluarga lain total 30 orang pindah ke Okutama secara gratis, minimal kepala keluarga berusia 50 tahun dan punya anak.

Upaya tersebut untuk menambah jumlah penduduk di Okutama yang per Februari 2016 berjumlah hanya 5.177 jiwa, kini sedikitnya 5.200 orang.

Pajak rumah tersebut per tahun 25.000 yen dibayar sendiri oleh Ikeda.

Namun jika rumah kosong maka pajak yang harus dibayar 6 kali lipat atau 150.000 yen per tahun.

"Itulah sebabnya banyak orang di Jepang melepas rumah kosongnya untuk diberikan gratis kepada orang lain. Selain pemilik tak punya anak, juga punya uang untuk hidupnya saat ini di tempat lain, rumah kosong peninggalan keluarganya itu akhirnya dihibahkan kepada pemda setempat, daripada bayar pajak 6 kali lipat besarnya," ungkap konsultan properti, Goto.

Jumlah rumah kosong di Jepang saat ini sedikitnya berjumlah 8,2 juta unit dan akan bertambah seiring dengan semakin berkurangnya jumlah penduduk Jepang.

Jumlah rumah kosong dalam 30 tahun terakhir meningkat 250 persen menjadi 8,2 juta. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Peningkatan jumlah rumah kosong di Jepang membuat pihak pajak Jepang juga kebingungan, sehingga mulai 1 Januari 2016 dinaikkan pajaknya enam kali lipat, dibandingkan dengan rumah yang ditinggali penghuninya.

Warga Jepang menganut filosofi Mottainai, mubazir.

Banyak yang mencari rumah sementara banyak rumah dikosongkan.

Oleh karena itu yang tidak memanfaatkan tanah dan rumahnya, justru dikenakan pajak besar di Jepang.

Survei Kementerian Keuangan Jepang menyebutkan, belanja konsumsi pekerja Jepang berusia sekitar 30 tahunan paling banyak biaya pengeluaran 25,6 persen dari pembayaran sewa rumah.

Yang kedua biaya pengeluaran terbanyak untuk makanan 20,3 persen.

Lalu biaya transportasi terbesar ketiga sebesar 16,1 persen. Pendidikan dan rekreasi sebanyak 13,54 persen.

Seandainya mereka memiliki rumah sendiri, maka biaya sewa rumah akan hilang dan hidupnya akan semakin baik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini