TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Algojo kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), M Emwazi alias John Sang Jihadis, tewas akibat serangan rudal yang dilepaskan pesawat tak berawak, drone, pada November 2015 silam.
Belakangan terungkap para pemburu Emwazi dapat mengidentikasi sasarannya melalui bentuk jenggot dan caranya berjalan.
Sebuah film dokumenter mengenai kejadian itu bakal diputar di televisi Channel 4, Ingris, Senin (20/5/2019) mendatang, seperti dilansir Dailymail.co.uk, Jumat.
Algojo yang sering tampil dalam video ISIS tersebut diidentifikasi oleh sebuah pesawat tak berawak yang terbang di malam hari di atas markas ISIS, di Raqqa, Suriah, 4 tahun lalu.
Selanjutnya drone tersebut mengirimkan foto-foto hasil deteksi infra merah kepada para komandan militer di Amerika Serikat (AS).
Dalam 15 detik rudal diluncurkan yang melenyapkan Emwazi saat ia tengah berbicara melalui telepon.
Film dokumenter yang akan disiarkan itu mengungkap secara detail proses pelacakan dan identifikasi terhadap Emwazi menggunakan peralatan canggih.
Kolonel Steve Warren, Juru Bicara Pentagon (Departemen Pertahanan AS) pada saat itu, mengatakan, "Karena saat itu malam hari, kami menggunakan inframerah. Anda tidak bisa melihat wajahnya, tetapi kami bisa melihat bagaimana dia bergerak, bentuk jenggotnya. Akhirnya kami yakin ia itu John Sang Jihadis."
Tak lama kemudian komandan militer AS memerintahkan eksekusi.
"Dalam 15 detik, sebuah rudal melenyapkan Emwazi," tambah Steve Warren.
Drone telah mencari Emwazi selama setahun, tetapi segala upaya untuk melenyapkannya menjadi sulit karena dia selalu menggunakan perempuan dan dan anak-anak sebagai perisai hidup.
Selain itu ia berupaya selalu berada di tengah keramaian.
Jenderal Richard Barrons, mantan Komandan Komando Pasukan Gabungan, yang terlibat dalam operasi itu, mengatakan pihaknya terus memantau gerakan Emwazi.
"Kami tahu di mana dia berada dan ada drone yang mencarinya. Kami mengidentifikasi Emwazi sangat cepat setelah ada publikasi video mengenai eksekusi yang dilakukannya. Namun kami tidak punya personel di Raqqa," katanya.
Pelacakan dilakukan secara elektronik tetapi pada akhirnya jenggot dan dan cara dia berjalan lah yang memberikan kepastian jati diri Emwazi.
Ia menjadi satu di antara pria paling dicari di dunia setelah mengeksekusi sejumlah sandera. Eksekusi itu kemudian dipublikasikan oleh ISIS sebagai alat propaganda.
Emwazi pertama muncul pada Agustus 2014 ketika dia membunuh jurnalis AS James Foley.
Para pejabat militer AS tahu dalam hitungan jam jati diri sang algojo melalui teknologi pengenalan suara dan membandingkan pola pembuluh darah di tangan kiri.
Menghilang pada 2012
Dalam video Emwazi tampak memegang pisau dan menunjuk langsung ke arah kamera.
Peralatan canggih kemudian membandingkan pembuluh darah di tangannya dengan gambar foto arsip.
Sedangkan identifikasi suara dilakukan dengan cara membandingan rekaman suaranya selama operasi pengawasan selama tiga tahun dan suara dalam video ISIS.
Identitas Emwazi tidak terkonfirmasi hingga Februari 2015.
Setelah perburuannya berlangsung, Emwazi menggunakan latar belakangnya sebagai mantan mahasiswa ilmu komputer di Universitas Westminster untuk menghindari pelacakan oleh AS dan Inggris.
Dia menggunakan program enkripsi dan membersihkan setiap komputer yang pernah dia kirimi pesan.
Namun kemudian ia terlacak setelah menghubungi istri dan anaknya yang tinggal di Irak.
Douglas Wise, yang membantu mengawasi operasi CIA (dinas rahasia AS) di Timur Tengah, mengibaratkan misi untuk menemukan Emwazi dengan mencari jarum di tumpukan jerami yang penuh jarum.
"Jika dia ingin memiliki harapan untuk tetap bertahan hidup, dia harus berbaur dengan warga Raqqa," kata Douglas Wise.
Misi itu juga melacak kehidupan Emwazi di Inggris mulai usia enam tahun, setelah ia pindah dari Kuwait ke Inggis.
Emwazi pernah dua kali bertunangan namun gagal berlanjut ke perkawinan karena dinas keamanan Inggris memberitahu tunangannya mengenai keterlibatannya dalam terorisme.
Sebenarnya Emwazi sejak lama di bawah pengawasan MI5 (lembaga intelijen Inggris) sampai ia menghilang pada 2012.
Dua tahun kemudian Emwazi muncul sebagai algojo ISIS.
Dinas rahasia MI5 pernah gagal merekrut Emwazi sebagai informan sebelum ia melarikan diri ke Suriah. (febby mahendra putra)