Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rusia bertekad untuk memenuhi semua permintaan untuk memasok sistem pertahanan udara S-400 kepada Turki, seperti yang diminta dan disepakati sejak awal.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Selasa kemarin waktu setempat.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (12/6/2019), saat ditanya apakah Rusia dapat menjamin bahwa kesepakatan S-400 dapat dieksekusi di tengah tekanan AS, Ryabkov pun optimis pihaknya bisa menjamin hal itu.
"Semua kewajiban kami akan penuhi, tepat waktu, dalam cakupan penuh, tanpa ada penyimpangan dari perjanjian yang ada dan kami akan melengkapi dokumen lainnya," kata Ryabkov.
Baca: Xi Jinping Abaikan Modus Operandi Ultimatum dan Ancaman Trump
Baca: Arus Balik, Jumlah Kendaraan Meningkat 100 Ribuan Pada H+5 Lebaran
Baca: Sekjen Sebut Menag Pasang Badan untuk Meloloskan Haris Hasanuddin Sebagai Kakanwil Kemenag Jatim
Pernyataan pejabat Rusia itu disampaikan setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS mengeluarkan resolusi pada Senin lalu, yang dijuluki 'Pernyataan Kepedulian untuk Aliansi Amerika Serikat-Turki'.
Dalam dokumen tersebut, AS mengecam keputusan Turki untuk membeli sistem rudal S-400 Rusia dan meminta negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan itu untuk membatalkan pengadaannya.
Sebelumnya, pada awal Juni, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Patrick Shanahan secara resmi menyampaikan ultimatum kepada Turki.
Isi ultimatum itu bahwa AS tidak akan menyerahkan jet tempur F-35 yang telah dibeli Turki, jika negara itu tetap melanjutkan kesepakatan dengan Rusia terkait pembelian Sistem Pertahanan Udara S-400.
Perlu diketahui, hubungan antara kedua sekutu NATO ini menegang setelah Turki memutuskan untuk membeli S-400 buatan Rusia.
AS telah berulang kali menyampaikan kekhawatirannya kepada Turki, bahwa sistem tersebut mungkin tidak akan sesuai dengan standar NATO.
Namun Turki telah menolak kekhawatiran yang terus disampaikan AS.