TRIBUNNEWS.COM - Unjuk rasa terjadi di Hong Kong di tengah peringatan 22 tahun penyerahan Hong Kong yang awalnya masuk koloni Inggris ke China, Senin (1/7/2019).
Unjuk rasa tersebut berujung kericuhan. Para pengunjuk rasa anti-pemerintah Hong Kong mencoba masuk ke parlemen di mana mereka terlibat gesekan dengan polisi yang dipersenjatai semprotan merica.
Baca: Bagaimana Jika Gerindra Gabung Koalisi Pemerintah? Ini Dampaknya bagi Demokrasi Tanpa Oposisi
Peristiwa itu meningkatkan ketegagan di pusat keuangan internasional yang terguncang oleh demonstrasi bersejarah dalam tiga pekan terakhir karena dipicu UU Ekstradisi.
Namun unjuk rasa itu dibayangi kelompok kecil berusia muda yang mengenakan topeng dan menduduki tiga jalan utama sehingga memicu bentrokan dengan polisi.
Dilansir AFP, mereka memecahkan kaca di gedung dewan legislatif untuk mencoba masuk dengan cara menabrakkan gerobak logam melalui pintu kaca yang diperkuat.
Polisi anti-huru hara yang sudah berjaga di dalam gedung berusaha menghalau dengan menyemprotkan merica.
Para pendemo memakai payung sebagai tameng. Setelah itu sejumlah politisi demokratik kemudian berusaha melakukan pendekatan persuasif supaya massa bersedia mundur.
Namun, usaha mereka sia-sia. Aksi tahun ini yang bakal bermuara ke gedung parlemen dilatarbelakangi oleh protes anti-pemerintah yang menarik massa hingga jutaan karena kemarahan atas penggunaan gas air mata dan peluru karet oleh polisi.
Aksi protes selama tiga pekan terakhir terjadi setelah Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengusulkan UU Ekstradisi yang dianggap bisa semakin menancapkan pengaruh China.
Lam memang mengumumkan penangguhan pembahasan. Namun demonstrasi itu kemudian berubah dalam skala yang lebih besar untuk menentang Lam serta Beijing.
Politisi 62 tahun itu memang menghadiri upacara peringatan kembalinya ke Hong Kong ke China, namun dari dalam gedung dengan alasan "cuaca buruk".
Dalam konferensi pers, pemimpin yang menjabat sejak 2017 itu mengatakan kejadian tiga pekan terakhir telah menyebabkan konflik antara pemerintah dan rakyat.
"Situasi ini membuat saya memahami posisi saya sebagai politisi, saya harus waspada dan secara akurat menangkap apa yang diinginkan publik," katanya.
Baca: Purnawirawan TNI AL Tewas Bersimbah Darah dengan Luka Bacok di Rumahnya Kawasan Depok
Lebih lanjut aktivis aktivis yang sebagian besar merupakan pelajar telah menyatakan mereka tidak akan menghentikan kampanye ketidakpatuhan publik.
"Apa pun yang terjadi kami tidak akan kehilangan semangat. Perlawanan bukanlah masalah hari atau pekan. Ini jangka panjang," kata salah satu peserta bernama Jason Chan.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Berusaha Masuk Gedung Legislatif Hong Kong, Pengunjuk Rasa Pecahkan Kaca