Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JEPANG - Perburuan ikan paus komersil pertama sejak tahun 1988 kembali dilakukan di Jepang, pada Senin kemarin waktu setempat.
Jepang memang telah menarik diri dari Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional (IWC) pada Desember lalu.
IWC sebelumnya memberlakukan larangan perburuan ikan paus untuk kebutuhan komersil.
Sementara itu Badan Penangkapan Ikan negara itu telah mengumumkan kuota 227 paus pada Juni ini, namun mereka diyakini telah menunda pengumumannya hingga Senin kemarin.
Kemudian lembaga tersebut menegaskan bahwa perburuan hanya akan dilakukan di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, bukan di perairan internasional.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (2/7/2019), perlu diketahui, setelah IWC memberlakukan pelarangan perburuan terhadap paus komersil pada 1988 silam, Jepang pun beralih ke apa yang disebut sebagai 'perburuan paus untuk penelitian'.
Namun program penelitian perburuan paus ini telah kehilangan dana, termasuk pendanaan sekitar USD 15 juta pada 2018 lalu.
Perlu diketahui, pada hari pertama mereka kembali melakukan aktivitas di perairan, para pemburu paus komersil telah menangkap dan membawa dua paus minke ke pantai.
Menanggapi hal itu, Pejabat Badan Perikanan Jepang mengatakan bahwa daging hasil tangkapan akan dilelang pada Kamis mendatang.
Baca: 7 Gaya Fashion Dina Albens mulai Kasual hingga Glamor, Tidak Kalah Modis dari Luna Maya?
Baca: ILC Kembali Tayang Nanti Malam Setelah Absen Sejak 22 April 2019, Live Streaming di TV One
Baca: Beredar Foto Terkini Rumah Ahmad Dhani di Pondok Indah, Kondisi Rumah Jadi Sorotan
Baca: Cara Anggun C Sasmi Ajarkan Anak Bersyukur
Warga lokal dan pejabat terpilih di dua kota utama perburuan paus di Jepang, yakni kota Shimonoseki dan Kushiro pun merayakan berlayarnya kapal perburuan paus komersil pertama di era baru ini.
Namun tidak demikian dengan para aktivis lingkungan yang telah menyuarakan kemarahan mereka atas tindakan tersebut.
Luapan kemarahan itu kemudian dianggap sebagian orang sebagai sikap sinis dan bermotif politik.
Terlepas dari retorika besar yang disampaikan para politisi dari Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang, industri ini faktanya hanya mempekerjakan beberapa ratus orang saja.
Karena bisnis tersebut mengalami penurunan permintaan khusus untuk pemesanan aging ikan paus.
Sumber protein satu ini secara bertahap dikalahkan dengan popularitas daging lainnya, setelah konsumsi tahunan memuncak pada 1960-an.
Perlu diketahui, daging ikan paus merupakan sumber protein yang populer di masa sulit ekonomi di negara itu setelah Perang Dunia II.
Pemerintah Jepang berencana mengurangi anggaran sebesar USD 46 juta dalam pemberian subsidi tahunan kepada pemburu paus.
Di belahan dunia lainnya, Norwegia dan Islandia merupakan dua negara yang memungkinkan dilakukannya perburuan paus komersil.
Namun kedua negara itu telah melihat terjadinya penurunan secara tajam terkait jumlah tangkapan selama beberapa tahun terakhir.
Hal itu terjadi menyusul kekhawatiran bahwa praktik tersebut akan merusak citra negara mereka di panggung dunia.
Norwegia dan Islandia sebelumnya telah melakukan tangkapan paus pada musim 2017-2018, namun hasil tangkapan mereka berada jauh di bawah target.