Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sejak tahun 1996, pemerintah daerah di Jepang melarang orang-orang berjualan sayuran di pinggir jalan.
Sebagai solusinya, pemerintah daerah menyediakan sebidang tanah di dalam sebuah bangunan sederhana.
Di tempat ini disediakan loker koin berkaca (vending machine), menjual sayuran segar yang baru di panen dari perkebunan di dekatnya.
"Saya lakukan sejak lama jualan pakai mesin vending ini, sehingga tak perlu lagi ada penjaganya. Pembeli tinggal meihat sayuran mana yang mau dibeli, masukkan koin 100 yen atau 150 yen dan sebagainya, pintu terbuka dan mengambil sayuran yang dibelinya," kata Tadao Yoshida kepada Tribunnews.com, Senin (8/7/2019).
Saat ini tren di Jepang semakin meluas menjual sayuran lewat mesin vending, sedikitnya ada di 140 lokasi di Jepang.
Yoshida memiliki perkebunan di sekitar mesin vending tersebut.
Setelah panen, misalnya ketimun, tomat, kentang, dan lainnya, dibersihkan, dibungkus plastik rapi, lalu dimasukkan ke mesin vending tersebut sejak pagi dilakukan sekitar jam 4-5 pagi.
Dia berjualan dilakukan sekitar jam 7 pagi, dua jam kemudian sudah habis biasanya.
"Iya pagi hari paling cepat habis, biasanya jam 9 pagi juga sudah habis," kata Yoshida.
Sehari dilakukan tiga kali pengisian karena biasanya barang langsung habis, sehingga pengisian biasanya pagi, siang dan sore hari.
"Sempat juga uang dari loker koin dibobol maling sehingga rugi sekitar 200.000 yen," ungkapnya.
Mengapa bisa terjadi pencurian?
"Karena saya memang tidak ambil uang tersebut karena kesibukan. Malamnya sebetulnya mau saya ambil tapi karena kecapaian, saya pikir besok pagi saja. Ternyata keesokan harinya sudah tak ada uangnya, dibobol maling," jelas dia.