TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rambut menjadi abu-abu, wajah berkerut dan kulit menua.
Itulah yang akan dialami kebanyakan dengan bertambahnya usia.
Jika biasanya banyak orang berusaha menghindari penuaan, FaceApp mengubah kecenderungan ini.
Pengguna ramai-ramai sengaja menuakan diri.
Sebuah permainan yang mengasyikan.
Itulah yang dijanjikan aplikasi FaceApp.
Baca: Bahaya Aplikasi FaceApp Pengikut Age Challenge di IG, Ini Penjelasan Pembuat Aplikasi Wajah Tua
Orang-orang bisa melihat sendiri bagaimana mereka menjadi tua, hanya dalam hitungan detik. Yang perlu dilakukan hanya mengunggah foto wajah mereka saat ini.
Di media sosial, banyak orang kelihatannya tergila-gila dengan kemungkinan itu, termasuk banyak selebriti.
Aplikasi ini adalah contoh nyata tentang betapa mudahnya gambar bisa dimanipulasi secara meyakinkan.
Tapi yang lebih penting lagi adalah kenyataan, betapa mudahnya kita mengunggah wajah foto kita ke aplikasi yang asal-usulnya tidak begitu kita kenal.
Jutaan pengguna di seluruh dunia tampaknya menikmati fitur FaceApp.
Aplikasi ini adalah unduhan nomor satu di toko aplikasi Android dan iOS - sebuah kesuksesan besar bagi pengembang Rusia, Wireless Lab.
Aplikasi ini sebenarnya sudah ada selama sekitar dua tahun.
Tapi sekarang, seperti kebetulan FaceApp ditemukan oleh para selebriti yang turut menyulut antusiasme pengguna.
Siapa di belakang FaceApp?
Tidak banyak yang diketahui tentang perusahaan Wireless Lab yang berbasis di St. Petersburg, Rusia.
Perusahaan tidak hanya mengumpulkan data pengguna, tetapi juga menyimpan gambar-gambar yang diunggah pengguna, tanpa persyaratan yang jelas.
Para pengamat keamanan siber khawatir, pemerintah Rusia pada akhirnya bisa mendapat semua informasi pengguna.
Yaroslav Goncharov, CEO FaceApp, membantah bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin juga ikut-ikutan menggunakan aplikasinya.
Tapi dia membenarkan, bahwa gambar asli dari pengguna memang diunggah dan diproses dengan menggunakan cloud.
Artinya, data-data itu dikumpulkan di suatu tenpat.
Servernya tidak berada di Rusia, tetapi di Amerika Serikat, Singapura dan Irlandia, dan milik Amazon atau Google, kata Wireless Lab.
Sebagian besar gambar dihapus dalam waktu 48 jam.
Kecuali untuk pengiklan, pihak ketiga tidak menerima metadata apa pun.
Ini strategi yang mirip dengan cara Google dan Facebook menangani data, paling sedikit, itulah pernyataan mereka.
Yaroslav pernah bekerja di microsoft dan menyelesaikan studi di bidang mekanik dan matematika di St. Petersburg State University.
Saat masih kuliah Goncharov sudah bekerja hingga terbang ke Amerika Serikat untuk bekerja di Microsoft.
Hak guna terlalu kabur
Data-data pribadi bisa jatuh ke tangan yang salah, kata kepala perlindungan data Jerman, Ulrich Kelber.
Dia mengatakan, persyaratan penggunaan aplikasi FaceApp "terlalu kabur".
Di AS, anggota parlemen mulai bersuara dan meminta badan intelijen FBI mengamati FaceApp lebih seksama.
Chuck Schumer, anggota Senat dari New York, menulis kepada FBI dan Komisi Perdagangan Federal AS, meminta agar FaceApp diselidiki untuk kemungkinan transfer data-data pribadi dari AS ke pihak ketiga – karena bisa saja pihak ketiga adapah pihak "musuh".
"Lokasi FaceApp di Rusia menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana dan kapan perusahaan memberikan akses ke data-data warga AS kepada pihak ketiga, termasuk ke pemerintah asing," tulis Schumer.
Komite Nasional Partai Demokrat memperingatkan para kandidat presiden mereka untuk tidak menggunakan FaceApp, karena ada kemungkinan data-data mereka bisa diakses pihak ketiga.
Seperti banyak aplikasi lain, FaceApp tampaknya mengambil data model dan nomor seri ponsel untuk menganalisis bagaimana aplikasi tersebut digunakan.
Masih belum jelas, apakah dan untuk tujuan apa foto-foto pengguna aplikasi itu digunakan. hp/vlz