Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pengawas Indonesia Diaspora Network (IDN) Global, Dino Patti Djalal mengatakan dirinya hingga kini belum pernah melihat iklan promosi pariwisata Indonesia yang menampilkan kecantikan wanita Tanah Air.
Secara jujur, Dino Patti Djalal menceritakan pengalamannya di Amerika dan London.
Baca: Kementerian Pariwisata Pasang Target 20 Juta Wisatawan Mancanegara Kunjungi Indonesia Tahun 2019
Di sana, Dino Pati Djalal mengaku banyak mendapat tanggapan dari penduduk sekitar yang mengagumi kecantikan wanita Indonesia.
"Saya nggak pernah lihat iklan promosi yang menampilkan beautiful Indonesia women, padahal to be honest, pada waktu saya di Amerika, di London, mereka bilang wanita Indonesia sangat cantik. dan kalau kita lihat iklan di negara lain juga menampilkan wanita yang cantik," ucap Dino Patti Djalal dalam acara The 5th Congress of Indonesian Diaspora di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Dino Patti Djalal pun heran mengapa selama ini pemerintahan atau pihak yang membidangi pariwisata tidak menggunakan image tersebut.
Padahal, wisatawan mancanegara bisa saja bukan hanya mengincar liburan semata, tapi juga menyambi cari jodoh maupun pasangan hidup.
Menurutnya, pihak berwenang harus terbuka dan tak menutup mata akan hal semacam itu.
"Kenapa kita tidak menggunakan image itu? Karena akan banyak turis-turis yang datang karena mereka mencari jodoh, mau pacaran," ungkap Dino Patti Djalal.
Selain itu, Dino Patti Djalal mengatakan jika pemerintah mau wisatawan mancanegara berbondong-bondong kunjungi Indonesia, maka mereka harus menggencarkan promosi berdasarkan pada market based.
"Promosi kita bener-bener harus market based. Kita harus realistis," ujar Dino Patti Djalal dalam acara The 5th Congress of Indonesian Diaspora di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Dino Patti Djalal juga meminta kepada para komunitas diaspora Indonesia dan stakeholder terkait agar jangan takut ambil resiko dan terlalu mengintervensi kemauan pasar.
Baca: Protes Hong Kong: Seberapa parah pariwisata Hong Kong kena dampaknya?
Sebab menurutnya, dalam pengambilan kebijakan terkadang perlu untuk menempuh resiko yang ada.
"Jangan kita terlalu mengintervensi apa yang pasar mau. Saya saran, jangan takut ambil resiko. Menurut saya perlu ada semacam risk taking," tutur Dino Patti Djalal.