News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemindahan Ibu Kota Negara

5 Negara Ini Jadi Contoh Indonesia dalam Pemindahan Ibu Kota, Mana Saja?

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut lima negara yang menjadi contoh Indonesia dalam pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. Mana sajakah kelima negara tersebut?

Berikut lima negara yang menjadi contoh Indonesia dalam pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. Mana sajakah kelima negara tersebut?

TRIBUNNEWS.COM - Ibu kota negara Indonesia telah resmi pindah ke sebagian Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Ternyata, pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur mengacu pada pemindahan ibu kota lima negara lain.

Kelima negara tersebut menjadi contoh Indonesia dari berbagai aspek terkait pemindahan ibu kota.

Hal ini tertuang dalam dokumen Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara.

Baca: Ibu Kota Pindah ke Kalimantan Timur, Apa Saja yang Akan Diboyong dan Dibangun di Sana?

Baca: Fahri Hamzah: Mohon Maaf, Naskah Jokowi Soal Pemindahan Ibu Kota Seperti Pengembang

Baca: Kata Ahok, Djarot dan Sutiyoso Mantan Gubernur DKI Jakarta Soal Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan

Tentunya, pemindahan ibu kota juga dilandasi oleh beberapa kriteria.

Ada tujuh kriteria yang dipertimbangkan untuk ibu kota baru.

Pertama, yakni ketersediaan lahan luas milik negara.

Hal ini mencakup delineasi kawasan dan penggunaan lahan dan status penguasaan atas lahan.

Kedua, kemiringan lahan dan daya dukung tanah.

Indikator atas kriteria ini adalah topografi dan kemiringan lahan, daya dukung tanah dan formasi geologi.

Ketiga, yaitu ketersediaan sumber daya air.

Ketersediaan sumber daya air sebagai kriteria ibu kota baru yang ideal mencakup indikator daya dukung air permukaan (sungai dan waduk) dan daya dukung air tanah (CAT).

Keempat, lokasi bebas bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan.

Kriteria ini mempertimbangkan sebaran dan potensi batubara dan kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan, serta sebaran lahan gambut dan potensi atas rawannya kebakaran hutan dan lahan.

Selain itu, ibu kota baru juga harus dekat dengan kota eksisting yang sudah berkembang.

Tentunya, kriteria ini memenuhi indikator infrastruktur transportasi dan sumber energi yang memadai.

Karakteristrik sosial budaya juga dipertimbangkan dalam pemilihan ibu kota baru.

Terakhir, penentuan lokasi ibu kota baru juga terkait dengan perimeter pertahanan dan keamanan.

Lima Negara yang Jadi Contoh Indonesia

Dalam dokumen Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara yang diperoleh Tribunnews, ada lima negara yang menjadi Lesson Learned bagi Indonesia terkait pemindahan ibu kota negara.

Lesson learned adalah kegiatan atau pengalaman apa pun, baik itu proyek, program, agenda, yang dapat dijadikan pembelajaran bagi kegiatan selanjutnya.

Berikut lima negara yang menjadi lesson learned pemindahan ibu kota negara :

1. Sejong, Korea Selatan

Di Korea Selatan, Kota Sejong digadang menjadi ibukota administratif baru negara.

Menurut Balmori Associates, Sejong berlokasi sejauh 120 km dari Seoul.

Kota ini memiliki luas 7.300 hektar.

Sementara itu, proyeksi penduduk yang direncanakan yakni 500.000 jiwa.

Dengan kata lain, kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 68 orang/ha.

Diresmikan pada tahun 2012, pembangunan Kota Sejong sebagai ibu kota "mini" Korea Selatan membutuhkan biaya USD 9,7 Miliar.

Pembangunan dilaksanakan sejak tahun 2005 dan direncanakan berakhir pada 2030.

Pemindahan ibu kota dari Seoul ke Sejong bertujuan untuk menurunkan kepadatan di Seoul.

Selain itu diharapkan kompetisi nasional akan meningkat dan pembangunan ekonomi akan merata.

2. Brasilia, Brazil

Brasilia ditetapkan menjadi ibu kota baru Brazil pada tahun 2016.

Penetapan Brasilia menjadi ibu kota baru menggantikan kedudukan Rio de Janeiro.

Kedua kota tersebut memiliki jarak sejauh 1.162 km.

Dengan luas sebesar 581.400 hektar, Brasilia awalnya direncanakan untuk dihuni oleh 500.000 jiwa.

Kini, angka tersebut sudah meningkat jauh menjadi 2,6 juta penduduk.

Kala itu, biaya yang dibutuhkan untuk membangun Brasilia menjadi ibu kota Brazil yakni sebesar 8,1 Milyar USD.

Periode pembangunan dilaksanakan pada 1956-1961, lima tahun untuk pusat pemerintahan.

Kota Brasilia dibangun dengan konsep arsitektur yang modern.

Kota ini masuk sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO karena modernitas dan perkembangannya.

Sementara itu, tujuan pemindahan ibu kota Brazil ke Brasilia adalah untuk memperbarui kebanggaan nasional dengan membangun ibu kota modern di abad 21.

Selain itu, pemindahan ibu kota bertujuan meningkatkan kesatuan nasional dengan membuka lahan kosong di tengah-tengah Brazil.

3. Putrajaya, Malaysia

Putrajaya menjadi pusat administrasi Malaysia yang menggantikan posisi Kuala Lumpur.

Kota ini berjarak 25 km dari Kuala Lumpur.

Putrajaya memiliki wilayah seluas 4.900 hektar.

Rencana jumlah penduduk dicanangkan sebanyak 330.000 jiwa.

Dengan biaya sebesar 8 Milyar USD, periode pembangunan dilakukan selama lima tahun, yakni 1996-2001.

Tujuan pemindahan ke Putrajaya adalah untuk memisahkan pusat keuangan dan ekonomi (Kuala Lumpur) dengan pusat administrasi pemerintahan federal (Putrajaya).

4. Canberra, Australia

Pada abad ke-19, Melbourne dan Sydney menjadi dua kota terbesar di Australia.

Kekuatan di masing-masing kota menimbulkan kesulitan untuk menetapkan ibu kota.

Pada tahun 1913, terbentuklah Canberra sebagai ibu kota Australia.

Tujuan pemindahan ibu kota ke Canberra adalah bahwa persatuan 5 koloni di Australia yang membentuk federasi, sehingga membutuhkan ibu kota negara.

Selain itu, Canberra dipilih untuk mengakhiri debat panjang memilih Melbourne atau Sydney sebagai ibu kota.

Canberra berlokasi sejauh 472 km dari ibu kota Australia sebelumnya, Melbourne.

Ibu kota ini memiliki luas sebesar 814 km2.

Sebanyak 388.000 jiwa menghuni kota yang dijuluki sebagai "Hutan ibukota" ini.

Pembangunan Canberra tahap satu sebagai ibu kota baru membutuhkan waktu selama 26 tahun, yakni pada 1901-1927.

5. Astana, Kazakhstan

Astana ditetapkan sebagai ibu kota negara Kazakhstan pada tahun 1997.

Sebelumnya, Almaty menjadi ibu kota Kazakhstan sebelum dipindah ke Astana.

Berdasarkan JICA tahun 2001, Astana dipilih menjadi ibu kota baru karena dianggap sebagai "Center of the Eurasian Continent".

Dengan kata lain, Astana menjadi representasi kebijakan luar negeri berorientasi multivektor.

Selain itu, Astana menjadi wajah ibu kota baru yang merepresentasikan simbol citra negara.

Pemilihan Astana juga diharapkan dapat meningkatkan kesatuan nasional.

Kota ini memiliki luas sebesar 71.000 hektar.

Pada tahun 2030, diharapkan kota ini telah dihuni sekitar 800.000 jiwa.

Total biaya yang dibutuhkan untuk membangun Astana sebesar USD 9.000 juta.

Biaya tersebut mencakup USD 4.560 juta (50,7%) berasal dari pemerintah, USD 2.970 juta (33%) berasal dari Swasta, dan USD 1.470 juta (16,3%), dan Investasi Asing (16,3%).

Pada 20 Maret 2019 lalu, Astana berubah nama menjadi Nursultan.

Perubahan nama ini sebagai penghormatan Presiden Nursultan Nazarbayev yang mengundurkan diri setelah menjabat selama hampir 30 tahun.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini