Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jembatan sepanjang 80 meter di atas Sungai Kuji di Perfektur Fukushima putus akibat diterjang taifun No.19 atau topan hagibis beberapa hari lalu.
Akibatnya penduduk yang tinggal di bagian pegunungan di Yamatsuri Perfektur Fukushima terisolasi.
"Ada 29 penduduk di daerah pegunungan Yamatsuri yang hidup di sana. Gara-gara jembatan terputus mereka tak bisa lagi naik mobil. Untung saja masih ada kereta api lewat jembatan kereta api yang masih utuh hingga kini," kata Masaya Seta (72), penduduk setempat.
Seya juga menyayangkan hancurnya jembatan tersebut dan tak tahu kapan bisa dibangun kembali.
"Tidak ada gunanya punya mobil," kata Seya yang tinggal bersama ibunya yang berusia 90-an.
Bagi penduduk daerah dataran tinggi di daerah pegunungan, jembatan sepanjang 80 meter di atas Sungai Kuji adalah "garis kehidupan" yang menghubungkan pantai yang berlawanan, tetapi jembatan terhanyut oleh topan.
Penduduk setempat dulu sering berjalan di jembatan yang ambruk tersebut di dekat sepanjang rel kereta api, namun karena sempit dan akhirnya dua orang dewasa biasanya saling bergesekan.
Baca: Andri Tak Pernah Curiga, Teman Kerjanya Ternyata Terpapar Radikalisme Hingga Diamankan Densus 88
Seorang pekerja bangunan (50) berkata, "Saya ingin belanja dalam jumlah besar, tetapi saya tidak bisa membawa banyak."
Para penduduk mengakui tidak tahu berapa lama lagi bisa menggunakan jembatan besi.
Namun untungnya JR East berencana untuk melanjutkan operasi di daerah dataran tinggi untuk jalur Suigun pada pertengahan November.
Kota tersebut berencana untuk membangun jembatan penyeberangan sederhana sesegera mungkin, tetapi akan memakan waktu setengah tahun paling cepat untuk menyelesaikan jembatan sementara di mana mobil dapat lewat.
Baca: Pengakuan Ipda Supriyono Pasca Digerebek Istri: Kalau Niatnya Mau Berbuat Zina, Ngapain Ngajak Anak?
Air tak bisa mengalir berlanjut di kabupaten itu karena pipa air juga melekat pada jembatan yang ambruk tersebut.
"Hidup menjadi tidak nyaman karena kehidupan tanpa air menjadi sangat sulit," ungkap para penduduk Yamatsuri.
Karena air tak mengalir, bak mandi dan toilet tidak dapat digunakan, dan Ishii seorang penduduk setempat pergi ke rawa terdekat untuk mengambil air alami untuk bak mandi.
"Saya tidak punya tangki plastik 20 liter karena terlalu berat bagi orang setua saya," katanya.
Pihak Pemda Kota mengusulkan evakuasi sementara ke rumah kota pada briefing yang diadakan pada tanggal 16 Oktober lalu. Namun, banyak warga mengatakan mereka menolak untuk mengungsi.