Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 13 pekerja migran Indonesia (PMI) di Singapura berhasil meraih gelar sarjana.
PMI tersebut menimba ilmu sambil bekerja di Universitas Terbuka (UT).
Baca: Wapres Ingin Ekonomi Syariah Indonesia Lebih Maju dari Malaysia
Atase Ketenagakerjaan di Singapura, Devriel Sogia dalam keterangannya pada Rabu (13/11/2019) menjelaskan, rata-rata PMI di Singapura mendapat jatah libur 1 hari dalam seminggu dan mereka mampu memaksimalkan peluang libur dengan belajar di UT.
"Kami mengingatkan kepada semua PMI di Singapura, untuk tetap meningkatkan keterampilan dan pendidikan melalui berbagai akses yang ada di sana," kata Devriel.
Davriel menuturkan, peluang untuk mengenyam pendidikan selama bekerja di Singapura didasari 2 hal.
Pertama, kemauan keras. Kedua, kesempatan yang diberikan oleh majikan.
"Jadi dua hal itu yang saling terkait. Yaitu keinginan, upaya dia ingin maju, dan kesempatan dari majikan," terang Davriel.
Ia pun mencontohkan dengan salah satu PMI yang diwisuda yaitu Asmaunisak.
Perempuan yang biasa disapa Nisak ini disebutnya tetap mengikuti pendidikan di UT selama bekerja.
"Jadi dua hal itu yang saling terkait. Yaitu keinginan, upaya dia ingin maju, dan kesempatan dari majikan," terang Davriel.
Ia pun mencontohkan dengan salah satu PMI yang diwisuda yaitu Asmaunisak.
Perempuan yang biasa disapa Nisak ini disebutnya tetap mengikuti pendidikan di UT selama bekerja.
Meskipun, ia harus menyelesaikan studinya hingga 6 tahun.
"Saya mengimbau kepada teman-teman PMI semua bahwa bekerja ke Singapura ini hanya sebagai pijakan. Untuk maju ke depan, untuk membangun kehidupan yang lebih baik, salah satu upayanya tadi, belajar sambil bekerja," ujarnya.
Nisak mengambil program pendidikan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan.
Selain Nisak, ada 12 PMI yang diwisuda adalah Ida Supartini dari program studi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan, Jamilah (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Maria Kareri Hara (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Eti Maini (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Reni Haryati (S1 Akuntansi), Tuti Sulistyaningsih (S1 Manajemen).
Kemudian Mahdalena(Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Dorince Lassa (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Saryanti (S1 Ilmu Pemerintahan), Juwita Seo (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Umi Nadhiroh (S1 Manajemen), dan Wiratna(Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan).
"Saya mengimbau kepada teman-teman PMI semua bahwa bekerja ke Singapura ini hanya sebagai pijakan. Untuk maju ke depan, untuk membangun kehidupan yang lebih baik, salah satu upayanya tadi, belajar sambil bekerja," ujarnya.
Nisak mengambil program pendidikan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan.
Selain Nisak, ada 12 PMI yang diwisuda adalah Ida Supartini dari program studi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan, Jamilah (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Maria Kareri Hara (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Eti Maini (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Reni Haryati (S1 Akuntansi), Tuti Sulistyaningsih (S1 Manajemen).
Kemudian Mahdalena(Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Dorince Lassa (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Saryanti (S1 Ilmu Pemerintahan), Juwita Seo (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Umi Nadhiroh (S1 Manajemen), dan Wiratna(Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan).
Baca: Timnas Indonesia Batal Diperkuat M. Tahir dan Igbonefo Saat Hadapi Malaysia
Sementara itu, Direktur UT Batam, Eliaki Gulo, menambahkan, program pendidikan bagi pekerja migran ini merupakan upaya mendekatkan akses peningkatan keterampilan dan pendidikan bagi WNI di luar negeri. Selain di Singapura, program ini juga ada di Kuala Lumpur dan Johor (Malaysia).
Saat ini, mahasiswa UT di Singapura sebanyak 230 mahasiswa, Kuala Lumpur sebanyak 500 mahasiswa, dan Johor 280 mahasiswa.