Selain itu, mengenai pembalasan dendam ini, dari pihak Amerika Serikat sendiri juga akan meningkatkan gangguannya pada negara lain, khususnya di Timur Tengah.
"Potensi gangguan Amerika Serikat akan meningkat, khususnya di Timur Tengah," ujar Yon.
Diberitakan Kompas.com, Iran berjanji akan melakukan balas dendam setelah Qasem Soleimani, tewas diserang Amerika Serikat.
Soleimani tewas bersama wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Komandan Pasukan Quds itu tewas pada Jumat (3/1/2020) pekan lalu setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal Amerika Serikat.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyerukan "serangan balasan terhadap penjahat" yang menewaskan Soleimani.
Sementara Presiden Donald Trump beralasan, Jenderal Qasem Soleimani dibunuh demi "menghentikan perang, bukan memulainya".
Menurut lembaga kajian Inggris, International Institute for Strategic Studies, Teheran, diperkirakan memiliki 523.000 tentara aktif.
Jumlah itu mencakup 350.000 personel reguler dan 150.000 anggota Garda Revolusi yang merupakan cabang elite militer mereka.
Kemudian, terdapat 20.000 anggota Garda Revolusi yang masuk angkatan laut dan melakukan operasi di wilayah Selat Hormuz.
Garda Revolusi juga membawahkan Unit Basij, beranggotakan para relawan dan kadang dikerahkan untuk menumpas perlawanan dalam negeri.
Didirikan 40 tahun silam, Garda Revolusi berfungsi mempertahankan sistem Islam di Iran dan berkembang menjadi kekuatan utama di bidang militer hingga politik.
Senada dengan Ayatollah Ali Khamenei, putri jenderal Iran, Qasem Soleimani, memberi peringatan kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Putri Soleimani, Zaenab menyatakan, Amerika Serikat dan sekutunya di Timur Tengah, Israel, bakal mendapatkan pembalasan.
"Hei Trump gila, jangan pikir segalanya bakal berakhir dengan mati syahidnya ayah saya," koar Zaenab melansir Sky News via Kompas.com, Senin (6/1/2020).
Berbicara di Universitas Teheran, Zaenab mengatakan, "rencana jahat" Trump adalah memisahkan Iran dan Irak melalui pembunuhan Soleimani.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)