TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah rudal dikirim Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak pada Rabu (8/1/2020) dini hari waktu setempat.
Serangan tersebut dilakukan Korps Garda Republik Iran dalam rangka balas dendam atas kematian Komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani pada Jumat (3/1/2020), lalu.
Setelah kejadian itu, Iran lantas mengibarkan bendera warna merah simbol dendam.
Tak hanya itu, Iran juga melakukan serangan untuk keadilan dalam tradisi Muslim Syiah.
Roket demi roket dilaporkan menghantam basis tentara AS di pangkalan udara Al-Asad.
Pangkalan tersebut pernah dikunjungi oleh Presiden AS, Donald Trump pada akhir tahun lalu.
Terkait memanasnya hubungan Iran dan AS, Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Iran 2012-2016, Dian Wirangjurit, turut memberikan komentarnya.
Komentar tersebut disampaikan oleh Dian dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah di kanal YouTube Talk Show TVOne, Rabu (8/1/2020).
"Saya mau menyampaikan begini, kematian seorang jenderal di medan perang tidak banyak, tapi terjadi. AS pun kehilangan jenderalnya," ujar Dian.
Artinya, itu merupakan sebuah konsekuensi dari perang.
"Dan jenderal yang memimpin adalah jenderal yang maaf yang 'nyleneh'," kata Dian.
'Nyleneh' dalam arti, seorang jenderal tidak seharusnya berada di lapangan.
Karena jenderal seharusnya selalu berada di markas.
"Tapi seperti Soleimani, atau Mallaby waktu di peristiwa kemerdekaan di Surabaya itu sangat jarang," ungkap Dian.
"Buat saya kalau negara yang kehilangan jenderal itu mempunyai ambisi membalas itulah perang," ungkap Dian.
Menurut Dian, itu tinggal bagaimana memperkirakan apa yang harus dilakukan AS.
"Buat saya begini, kehilangan seorang prajurit harus dibalas prajurit musuh," terang Dian.
Makin tinggi pangkat akan menentukan berapa orang yang harus terbunuh.
"Kalau satu letnan misalnya harus 10 orang, satu mayor 15 orang, seorang jenderal harus berapa? Itu konsekuensi yang harus dihitung oleh Amerika," papar Dian.
Dian menuturkan, serangan terhadap basis militer di Irak bukan yang pertama dan terakhir.
"Tapi harus siap dengan konsekuensi lanjutan," terang Dian.
Diketahui, Iran menyerang pangkalan AS di Erbil, Irak Utara dan Al-Asad, Irak Barat.
Dikutip Tribunnews dari Daily Mirror, Donald Trump diberi pengarahan mengenai serangan yang dilakukan Iran terhadap pangkalan AS di Irak.
Tak hanya itu, ia juga tengah berkonsultasi dengan pihak keamanan nasional.
"Kami mengetahui laporan serangan terhadap fasilitas AS di Irak," ujar Juru Bicara Gedung Putih, Stephanie Grisham dalam sebuah pernyataan.
"Presiden (Donal Trump), telah diberi pengarahan dan sedang memantau situasi secara cermat, dan berkonsultasi dengan tim keamanan nasionalnya," tambahnya.
Pangkalan AS yang menjadi target serangan Iran merupakan pangkalan militer terbesar.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri/Pravitri Retno Widyastuti)