Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM -- Para pemimpin Eropa merasa lega setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengindahkan permintaan publik dunia untuk tidak meneruskan konfliknya dengan Iran.
Trump juga diketahui menyatakan untuk tidak menanggapi serangan rudal Iran terhadap dua pangkalan udara AS di Irak secara militer.
Dikutip dari TheGuardian.com, Rabu (9/1/2020) waktu Amerika Serikat, para pemimpin Eropa mendesak agar jeda untuk memungkinkan de-eskalasi antara AS dan Iran bisa kembali dimulai melalui sebuah dialog atau pembicaraan.
Seruan untuk perdamaian antara kedua belah pihak juga dibantu dengan tidak adanya korban Amerika, baik karena nasib baik ataupun keputusan yang disengaja oleh militer Iran, untuk tidak mengarahkan ke-22 rudalnya ke area vital yang ada di pangkalan udara Irbil dan Al Asad, di mana pasukan AS lebih rentan terdampak.
Baca: Makin Panas, Begini Perbandingan Kekuatan Militer AS-Iran, Negeri Paman Sam Kalah dalam Jumlah Ini
Baca: Iran vs Amerika: Pejabat Iran Sebut Serangan Balas Dendam ke Pangkalan AS Bukanlah untuk Perang
Baca: Iran Balas Serangan Amerika, Dian Wirengjurit: Kalau Jenderal Terbunuh Konsekuensi Perang
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menilai momen ini merupakan saat yang tepat untuk memulai upaya mediasi lebih lanjut bagi AS-Iran.
Dia sebelumnya menekan Trump untuk mencabut sanksi sementara untuk membuka jalan menuju perundingan, tetapi sikap presiden AS hanya berfokus pada manfaat politik potensial dari pembunuhan Jenderal Qassem Suleimani, yang dia lihat sebagai teroris terkemuka di dunia.
Sebagian besar analis percaya, Iran masih akan menafsirkan kejadian pekan lalu sebagai langkah untuk mengusir AS dari Irak dan akhirnya wilayah Timur Tengah.
Seorang pakar Inggris mengatakan, "Iran berpikir kampanye bukanlah episode tunggal. Ini merupakan respons asal yang sudah dikalibrasi, sehingga tidak cukup eskalasi untuk mengirim rudal Tomahawk AS ke Teheran, hasil yang ingin mereka hindari.”
Tak hanya itu, kelegaan para pemimpin Eropa juga dibawa Ayatollah Ali Khamenei, yang dalam pidatonya tidak membahas tindakan militer lebih lanjut.
Dia, yang menjadi juru bicara militer Iran hanya mengancam akan ada tindakan militer lanjutan apabila pihak AS membalas serangan rudal balistik yang terjadi Selasa pagi waktu setempat.
Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, menegaskan bahwa serangan di Teheran adalah proporsional dan telah menyimpulkan sangat penting dalam membujuk Trump bahwa ia dapat menyatakan Iran sedang mundur dari konflik.
Lebih lanjut, Pengawal Revolusi juga memberi tahu orang Iran bahwa sebanyak 80 orang Amerika Serikat terbunuh dalam serangan rudal balistik itu, menambah kesan bahwa Teheran tidak ingin melakukan serangan lebih lanjut.
Namun demikian, para pemimpin Eropa masih memohon kepada Donald Trump untuk menghentikan segala konflik yang dapat memicu lahirnya perang.
Pasalnya, beberapa jam setelah serangan Iran ke pangkalan udara AS, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, mengutuk serangan rudal itu.
Akan tetapi, ia juga menambahkan bahwa perang di Timur Tengah hanya akan bermanfaat bagi Negara Islam.