TRIBUNNEWS.COM - Rumah sakit di Wuhan, China kewalahan melayani pasien dan orang-orang yang memeriksakan diri untuk memastikan apakah dirinya terinfeksi Virus Corona atau tidak.
Diketahui, Wuhan merupakan kota yang menjadi pusat sebaran virus Corona.
Terbaru, dilaporkan 41 orang meninggal akibat virus Corona dan menginfeksi lebih dari 1.000 orang.
Dalam upaya mencari rumah sakit itu, penduduknya Wuhan menggambarkan kondisi di Wuhan seperti kiamat.
Dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (25/1/2020), Xiaoxi, seorang wanita berusia 26 tahun mengatakan, selama sepekan ini ia membawa suaminya dari rumah sakit ke satu rumah sakit lainya untuk memastikan apakah suaminya terkena virus Corona ataukah tidak.
Namun, upaya mendatangi RS selama sepekan itu tak berbuah hasil.
"Saya tidak memiliki apa apa. Tidak ada pakaian pelindung, hanya jas hujan, dan saya berdiri di luar rumah sakit di tengah hujan, ”kata Xiaoxi lewat sambungan telepon.
“Aku putus asa, aku telah kehilangan waktu berhari-hari. Saya tidak tahu apakah kita berdua akan hidup untuk menyaksikan tahun baru," ujar dia.
Ia mengatakan malam tahun baru Imlek kemarin seperti hari kimat.
Hal ini karena ia dan suaminya yang tengah sakit tak bisa menemukan rumah sakit di Kota Wuhan yang sudah seperti kota mati.
Dalam sebuah video yang dibagikan oleh Xiaoxi, menunjukkan lorong ke ruang rumah sakit yang penuh dengan pasien yang gelisah dan meminta perhatian dari staf medis.
Rekaman itu juga menunjukkan staf medis dalam pakaian pelindung dan apa yang dikatakan Xiaoxi sebagai mayat pasien yang meninggal di rumah sakit dan ditinggalkan di koridor rumah sakit.
“Saya menyerahkan satu bungkus tisu kepada seorang perawat. Dia menangis ketika dia mencoba meminta tolong ke beberapa orang untuk datang dan memindahkan mayat tetapi tidak ada yang menjawab, “katanya.
Xiaoxi mengatakan suaminya sekarang berada dengan orang-orang lainnya yang menunggu di unit gawat darurat dengan harapan staf medis akan menerimanya.
Ia mengatakan suaminya mengalami demam sejak 10 hari lalu dan kini mulai batuk berdarah.
Meski demikian, empat rumah sakit telah menolaknya.
Pihak rumah sakit mengatakan mereka kehabisan ruangan dan tidak bisa melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut.
Pihak rumah sakit juga tidak bersedia memberikan layanan ambulans.
“Rumah sakit pertama menyuruh kami pulang dan memberi kami obat flu. Tetapi demam suamiku berlanjut dan kami akhirnya pergi dari rumah sakit ke rumah sakit, tetapi hanya disuruh pulang dengan beberapa antibiotik, ”katanya.
“Suami saya tidak makan banyak selama berhari-hari dan kondisinya semakin memburuk. Dan orang-orang terus sekarat, tidak ada yang merawat tubuh. Jika ini terus seperti ini, kami semua akan hancur," ujar dia.
Terpisah, pemerintah menawarkan untuk membayar seluruh biaya pasien yang positif terinfeksi virus Corona.
Namun, untuk pasien yang belum positif, mereka diminta untuk membayar tagihan media sendiri.
“Saya membayar ratusan hingga sekitar 1.000 yuan sehari untuk obat-obatan. Ada banyak orang seperti kami. Saya melihat banyak orang yang tidak mampu membayar tagihan dan menyerah begitu saja dan pulang, ”kata Xiaoxi.
Sebuah pemberitahuan publik yang diposting oleh pemerintah Wuhan pada hari Jumat memerintahkan para pejabat setempat untuk mengidentifikasi pasien dengan gejala virus dan mengatur agar mereka diuji di rumah sakit yang ditunjuk.
Rumah sakit juga diminta untuk tidak menolak pasien.
Namun, pemberitahuan itu juga merekomendasikan bahwa pasien yang dianggap tidak terinfeksi virus Corona agar dikarantina di rumah untuk observasi.
Xiaoxi mengatakan sistem pelayanan kesehatan sudah tidak terkontrol dan di luar kendali.
“Anda melihat anggota keluarga berkelahi dengan dokter dan perawat, berusaha mendapatkan pemeriksaan maupun ruang perawatan. kami putus asa. Benar-benar putus asa, ”katanya.
Xiaoxi saat ini tinggal di sebuah asrama dekat rumah sakit dan mengatakan dirinya sekarang merasa tidak sehat dan takut untuk kembali ke rumah untuk putrinya yang berusia enam tahun.
"Aku tidak bisa pulang untuk menulari putriku dan mertuaku yang sudah lanjut usia," katanya. (*)
(Tribunnews.com/Daryono)