TRIBUNNEWS.COM - Setelah sempat buah heboh karena unggah video makan sup kelelawar di tengah-tengah krisis virus corona, seleb internet ini akhirnya minta maaf.
Selebriti internet Wang Mengyun meminta maaf karena telah mengunggah video promosi kuliner sup kelelawar.
Ia menyesal telah mempromosikan bahwa sup kelelawar itu adalah makanan yang enak, di saat kecemasan dunia akan penularan virus corona kian meningkat.
Baca juga : Cerita Pilu WNI Mahasiswa di Wuhan yang hanya Bisa Berdiam Diri di Kamar Akibat Virus Corona
Seperti yang dilansir South China Morning Post, Wang Mengyun adalah pembaca acara dari program travel internasional.
Melalui microblog-nya, ia mengatakan dirinya tidak tahu atau tidak sadar, kelelawar adalah pembawa virus corona yang mengkhawatirkan banyak orang.
Wang mengatakan sebenarnya video itu diambil pada tahun 2016 lalu.
Namun ia baru mengunggahnya pada 22 Januari 2020 lalu.
Wang berkata ia hanya ingin mengenalkan kuliner lokal pada netizen.
"Saat merekam video itu, aku tidak sadar ada virus," ucapnya.
"Aku baru tahu akhir-akhir ini."
"Aku tidak tahu kelelawar itu diduga sebagai sumber utama virus. Aku tidak memeriksa informasi atau penjelasannya terlebih dahulu."
Wang mengaku video itu diambil di Palau, kepulauan di sebelah barat Pasifik.
Saat itu ia dan timnya syuting program wisata dan mencoba makanan lokal, termasuk sup kelelawar.
Dalam video, Wang dan teman wanitanya terlihat mencoba memakan sup kelelawar sambil tersenyum pada kamera.
"Rasanya segar, seperti daging ayam," ucapnya.
Video tersebut kini sudah dihapus tapi masih beredar di media sosial China karena banyak direpost akun-akun lain.
Beberapa pengguna internet mengatakan Wang seharusnya menyadari sifat mematikan dari kelelawar itu, mengingat dugaan spesies eksotik itu juga menyebabkan wabah SARS yang menewaskan 774 orang di seluruh dunia tahun 2003 lalu.
Virus corona dengan cepat menyebar ke China dan bahkan negara lain.
Hingga Senin (27/1/2020) pukul 09.43 WIB, sebagaimana yang dilansir SCMP, tercatat sudah ada 2510 kasus virus corona yang tersebar di seluruh dunia, 80 di antaranya meninggal dunia.
Hingga kini para ahli dan peneliti masih berupaya menentukan asal mula virus corona.
Ahli dari Chinese Academy of Sciences berkata pada Jumat (24/1/2020) lalu, genome virus corona 96 persen identik dengan virus corona yang ada pada kelelawar.
Temuan tersebut didukung oleh David Robertson, seorang spesialis bioinformatika dari Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow, dan ahli statistik Jiang Xiaowei dari Universitas Xian Jiaotong-Liverpool.
Keduanya menulis dalam sebuah forum diskusi medis bahwa data genom coronavirus yang baru sangatlah mirip" dengan tiga kelelawar lainnya.
Wabah di Wuhan memicu diskusi sengit di China tentang pelarangan konsumsi hewan eksotik, yang selama ini dijual di pasar Huanan yang diduga menjadi sumber virus tersebut.
Video Serupa Lainnya
Selain video yang diunggah Wang Mengyun, ada pula video lain yang memperlihatkan seseorang menyantap kuliner sup kelelawar.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, kelelawar digunakan dalam pengobatan tradisional China untuk mengobati serangkaian penyakit, termasuk batuk, malaria, dan gonorea.
Feses kelelawar juga dipercaya bisa mengobati penyakit mata, menurut medis kuno China Ben Cao Gang Mu.
Dalam beberapa dua video yang berbeda, terlihat pengunjung restoran yang berbicara bahasa Kanton sedang bersiap-siap makan sup kelelawar.
Video pertama trending di Weibo dan dibagikan oleh Apple Daily.
Video tersebut menunjukkan seorang wanita muda memegang kelelawar dengan sumpit.
Ia lalu mencoba mengigit sayap hewan tersebut.
Seorang pria terdengar meneriaki wanita tersebut dengan berkata, "Makan dagingnya, jangan makan kulitnya."
Pria itu menambagkan, "Makan dagingnya di bagian punggung."
Dalam video lain yang diunggah vlogger China Chen Quishi di Twitter, menunjukkan kelelawar matang di dalam mangkuk.
Kelelawar tersebut tampak utuh dengan gigi menyeringai.
"Setelah mengalami masalah ini, bisakah orang China berhenti makan hewan liar?" ujar vlogger tersebut dalam postingannya.
Kedua video tersebut berlum terverifikasi.
Hingga kini MailOnline masih mencoba menghubungi kedua pengunggah untuk dimintai keterangan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)