Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, dua kasus dikonfirmasi di Paris, dan satu kasus di Bordeaux.
Hal ini menandai kasus pertama yang dilaporkan terjadi di Eropa.
Menteri Kesehatan Prancis, Agnès Buzyn hari Minggu kemarin angkat bicara.
Ia mengatakan, pihaknya tengah menyoroti kasus tersebut.
"Ada lima orang yang tengah berada di bawah pengamatan dalam ruang isolasi, sekitar 10 kasus lainnya sedang dalam pengawasan," kata Buzyn.
Namun ia menekankan, sejauh ini seluruh kasus itu dikonfirmasi terjadi pada mereka yang telah melakukan perjalanan dari China.
"Kami tidak pernah mengalami kasus ini di Prancis," kata dia.
Ia menambahkan, Prancis merupakan negara yang pertama kali mengembangkan tes tentang virus ini.
"Itu mungkin sebabnya kami sekarang mendeteksi kasus ini."
Dikutip dari laman wew.thelocal.fr, Selasa (28/1/2020), penumpang yang tiba di Bandara Prancis dari Tiongkok tidak akan diperiksa menggunakan uji suhu, karena menurut Buzyn upaya itu akan sia-sia saja.
"Mengecek suhu tubuh hanya simbol, tapi itu keamanan palsu yang tidak ada gunanya."
"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan teknik ini, cara yang paling tepat adalah memberikan informasi kepada penumpang yang kami lakukan dalam tiga bahasa," kata dia.
Pemerintah Prancis juga mengumumkan akan memulangkan warganya yang bekerja di Kota Wuhan, China, di mana epidemi itu dimulai.
Terkait tiga pasien di Prancis, semuanya dalam ruang isolasi di rumah sakit dan kondisinya stabil.