Namun, Yuen mengungkapkan keraguannya.
Ia mengatakan, vaksin yang dikembangkan di China kemungkinan adalah vaksin virus tak aktif.
Vaksin itu terdiri dari virus yang tumbuh dalam budaya, yang infektivitasnya dihancurkan bahan kimia.
Baca: Pasar Seafood Huanan Diduga Bukan Satu-satunya Penyebab Virus Corona Mewabah, Ahli Beri Penjelasan
Baca: Pasien Virus Corona Pertama yang Sembuh di Jiangxi, Kondisi Sempat Kritis saat Dibawa ke RS
Untuk menguji vaksin, harus disuntikkan ke hewan.
Yuen menjelaskan, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin yang dikembangkan menghasilkan respons kekebalan yang baik atau tidak.
"Jika vaksin terlihat efektif dan aman pada sejumlah spesies hewan, akan dilanjutkan uji klinis pada manusia."
"Proses ini setidaknya membutuhkan waktu satu tahun, bahkan jika dipercepat," tutur Yuen.
Ia mengaku khawatir, pendekatan yang diambil pihak China dalam mengembangkan virus bisa menyebabkan komplikasi besar.
Dimana orang-orang yang divaksinasi dapat terkena penyakit lebih parah jika terdampak virus.
Dilansir SCMP, sebelumnya Rumah Sakit Shanghai Timur Universitas Tongji, telah mendesak untuk menyetujui proyek pengembangan vaksin 2019-nCoV.
Vaksin itu akan dikembangkan bersama rumah sakit dan Stemirna Theurapeutics, sebuah perusahaan bioteknologi di Shanghai.
CEO perusahaan, Li Hangwen pun mengklaim vaksin bisa diproduksi dalam kurun waktu tak lebih dari 40 hari.