Sebab, para pedagang memainkan dan memutar-mutar hewan jualannya yang telah mati.
'Atraksi' tersebut dimaksudkan untuk menarik para pengunjung.
"Saya harus mengakui bahwa perasaan saya campur aduk saat di pasar. Sangat sulit untuk digambarkan," pensiunan ahli biologi dan fotografer amatir itu mengatakan.
Nielsen berpendapat, perlakuan terhadap hewan-hewan liar itu harus dihentikan.
Bukan karena perlakukan brutal yang dilakukan dan membuat hewan menderita, tetapi juga kemungkinan risiko penyebaran penyakit serius.
"Sungguh mengerikan melihat anjing-anjing liar yang dikurung ditarik keluar dari kandang mereka dan dipukul sampai mati dengan tongkat kayu," terang Nielsen.
Dia menyayangkan bahwa penyiksaan itu justru dijadikan sebagai daya tarik untuk memikat lebih banyak wisatawan.
"Aspek lain yang sangat saya khawatirkan adalah ketika saya melihat spesies langka dijual, seperti monyet, kelelawar, burung, ular, dan reptil lainnya," ujar pria Norwegia itu.
Dahulu, Pasar ekstrem Tomohon terdaftar sebagai tempat wisata di Tomohon.
Namun, para aktivis kesejahteraan hewan mengeluhkan hal tersebut dan meminta untuk menghapusnya.
Selain karena perlakuan yang diterima hewan, para aktivis juga mengatakan bahwa tempat semacam Pasar Tomohon adalah sarana perkembangbiakan penyakit yang berpotensi fatal.
Meskipun begitu, perdagangan daging hewan lair masih berlanjut di sana.
Pasar tersebut juga mengantongi izin resmi dari pemerintah setempat.
Disebutkan, kucing dan anjing yang dijual diangkut secara ilegal dari luar negeri.