TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita di India dianggap sebagai penyihir oleh pemikiran takhayul para tetangganya lantaran mempunyai 31 jari tangan dan kaki.
Wanita yang sudah berumur tersebut bernama Kumari Nayak (63), memiliki kelainan polydactylism, sehingga jari tangan dan kakinya terbentuk tidak wajar sejak dalam kandungan.
"Saya dilahirkan dengan cacat ini dan tidak dapat dirawat karena saya milik keluarga miskin," kata Kumari Nayak, dilansir Daily Mail, Kamis (30/1/2020).
“Sekarang sudah 63 tahun saya mengalami kondisi ini," imbuhnya.
Kumari Nayak pun mampu memecahkan rekor dan kelebihan fisik yang merupakan kelainannya tersebut tercatat dalam buku Guinness World Records terbitan Amerika Serikat.
Kumari Nayak, wanita yang bertempat tinggal di Desa Kadapada, wilayah distrik Ganjam, Odisha, India, memiliki 19 jari kaki dan 12 jari, sehingga total keseluruhan 31 jari.
Kelebihan fisiknya tersebut telah mengalahkan pemegang rekor sebelumnya, yakni Davendra Suthar (47) yang memiliki masing-masing 14 jari kaki dan tangan.
Davendra Suthar, pria yang tinggal di Gujarat, India Barat sebelumnya masuk dalam buku catatan Guinness World Records pada tahun 2014 lalu.
Walau demikian, Kumari Nayak dan Davendra Suthar masih dapat berjalan dengan baik.
Namun, Kumari Nayak mengatakan, ia terpaksa mengurung diri di rumah, sebab ia merasa telah diperlakukan berbeda seperti
Hal ini lantaran hampir sepanjang hidupnya ia dianggap seorang penyihir oleh penduduk desa yang percaya takhayul.
"Penduduk desa saya terlalu percaya kepada takhayul. Percaya bahwa saya seorang penyihir dan menjauh dari saya," ungkap Kumari.
Ia mengaku mendapat informasi dari salah seorang tetangganya soal anggapan miring tersebut.
Kumari juga mengatakan beberapa dari tetangganya terkadang datang untuk melihat kodisinya.
Namun sayang, mereka yang datang tidak pernah memberi bantuan kepadanya.
Di sisi lain, Pemerintah setempat telah menawarkan bantuan rumah dan dana sosial kepada Kumari.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan penyuluhan kepada penduduk setempat untuk menyikapi Kumari dengan penuh kesadaran.
“Saya tahu dia memiliki masalah medis dan tidak ada hubungannya dengan apa yang orang lain yakini."
"Aku merasa sangat kasihan padanya sehingga dia bahkan tidak mampu untuk mendapatkan dirinya dirawat," kata seorang pejabat pemerintahan setempat.
Adapaun seorang juru bicara dari Departemen Administrasi mengatakan pihaknya telah mengetahui situasi dan kondisi Kumari, serta telah menawarkan beberapa bantuan yang mungkin dapat membantu Kumari.
"Kami juga mendidik tetangganya untuk memperlakukannya dengan cinta dan kasih sayang dan bahwa ia bukan penyihir," kata jubir Departemen Administrasi.
Davendra Suthar, Pria Pemecah Rekor Memiliki Jari Terbanyak di Dunia Tahun 2014
Sementara, hal yang mirip terjadi kepada Davendra Suthar dengan total jari anggota tubuhnya mencapai 28 jari.
Namun, ia tidak mengurung diri seperti Kumari Nayak.
Davendra adalah bapak dari dua anak yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang kayu.
Dalam bekerja ia harus angat berhati-hati agar kelebihan jarinya tidak terpotong.
Banyak orang yang menemuinya untuk melihan dan memperhatikan kondisi polidaktilinya tersebut.
"Karena jari-jariku yang ekstra, orang-orang di sini memperlakukanku sebagai selebritas," ungkap Davendra, dilansir Grid.id.
Di sisi lain, ia menceritakan bahwa anak-anaknya tampak senang ketika ia melakukan lelucin dengan ke-14 jari-jarinya tersebut.
"Ekspresi di wajah mereka ketika mereka melihat jari kakiku sangat berharga. Karena jari-jariku, aku menjadi pria terkenal," katanya.
Sama seperti Kumari Nayak, Davendra tidak mempunyai cukup uang untuk berobat atau melakukan operasi atas kelebihan yang merupakan sebuah kelainan itu.
"Aku menganggap jumlah ekstra jari tangan dan kakiku pasti sebuah keberuntungan untukku dan aku tidak ingin memotongnya," tutur Davendra tegar.
Davendra pun memecahkan rekor pertama sebelum Kumari, sebagai orang yang mempunyai jari tangan dan kaki terbanyak di dunia pada 2014 lalu.
Meski sempat terkenal dan menjadi pusat perhatian dunia, ia mengaku tidak ada orang yang membantunya untuk mengobati kelainannya itu.
Atas kondisinya, Davendra mengeluh dalam kesehariannya ia menghadapi banyak kesulitan, seperti saat ia memotong kayu dalam bekerja.
Selain itu, ia juga terpaksa tidak bisa menemukan ukuran sandal yang pas, sehingga membuat jari-jemarinya selalu tergores dan bergesekan dengan aspal saat berjalan.
Walau demikian ia mengaku selalu optimis dan tidak berkecil hati atas kondisinya tersebut.
Apa itu Plydactylism atau Polydactyly (Polildactili)?
Polydactylism atau polidaktili merupakan kelainan fisik bawaan pada manusia sejak lahir yang ditandai dengan memiliki jari tangan atau jari kaki tambahan, sehingga keseluruhan jarinya lebih dari lima.
Diketahui polidaktili tersebut terjadi secara acak kepada satu dari 700 - 1.000 bayi yang lahir di seluruh dunia.
Selama minggu keenam atau ketujuh kehamilan, janin pada bagian 'dayung tangan dan kaki' membelah menjadi jari tangan dan kaki.
Polidaktili terjadi ketika 'dayung' terbelah terlalu banyak.
Polidaktili pun dimungkinkan memiliki unsur keturunan genetik atau dikaitkan dengan kondisi yang mendasarinya.
Kondisi ini biasanya terlihat pada pemindaian ultrasound.
Walau demikian, polidaktili merupakan kelainan yang masih dapat ditangani dengan tindakan operasi.
Pembedahan untuk menghilangkan kelebihan jari tersebut biasanya dilakukan ketika seorang anak berusia satu atau dua tahun.
Plydactylism atau Polydactyly (Polildactili) Dapat Dimanfaatkan Menjadi Kelebihan
Manusia pada umumnya memiliki lima jari pada masing-masing tangan dan kakinya.
Namun, kelainan polidaktili membuat jari tangan dan kaki mempunyai jumlah yang lebih dari normal.
Kondisi keelainan yang terjadi pada jari tangan atau kaki ternyata dapat menjadi sebuah kelebihan.
Dilansir Kompas.com, memang pada awalnya kelebihan jari dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu dan menghambat aktivitas sehari-hari.
Oleh karenanya, sering kali orang yang mengalami polidaktili ini memilih untuk melakukan amputasi pada jari ekstranya.
Tetapi, tertanya gerakan spesial dapat dilakukan oleh orang yang memiliki kelaninan polidaktili.
Misalnya mengikat tali sepatu dengan satu tangan dapat melakukan lebih cepat dari pada orang yang hanya memiliki lima jari.
Selain itu, juga dapat mengetik lebih cepat di atas keyboar, bermain piano, bahkan mengendalikan stick controler game dengan lincah.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature communications, gerakan unik ini ternyata disebabkan oleh adanya sirkuit sistem syaraf khusus yang menghubungkan jari ekstra dengan otak.
Studi ini dilakukan oleh Etienne Burdet, bioengineer dari Imperial College, London.
Burdet memindai anatomi tangan dan otak seorang remaja berusia 17 tahun yang mengalami polidaktili.
Hasilnya, ditunjukkan bahwa jari ekstra tersebut dikontrol oleh jaringan otot dan saraf tersendiri, tidak bergantung pada jari lainnya seperti dugaan sebelumnya.
Hal ini membuktikan adanya potensi otak manusia untuk dapat mengendalikan bagian tubuh lain yang tidak ada dalam kondisi normal.
(Tribunnews.com/Nidaul Urwatul Wutsqa) (Grid.id) (Kompas.com/Julio Subagio)