TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global, mengingat penyebarannya masuk ke sejumlah negara di luar China.
"Alasan utama pernyataan ini bukanlah apa yang terjadi di China tetapi terjadi di luar negara China," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari BBC Indonesia, Jumat (31/1/2020).
WHO mengkhawatirkan, virus akan menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.
WHO mengatakan, ada 98 kasus terjadi di 18 negara di luar China, meski belum ditemukan kasus kematian.
Sebagian kasus muncul usai orang melakukan perjalanan ke Kota Wuhan, China, kota yang diyakini menjadi pusat penyebaran virus berjenis 2019-nCoV.
Namun ada pula kasus infeksi yang terjadi akibat interaksi manusia seperti yang terjadi di Jepang, Jerman, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Pernyataan terkait status darurat wabah virus corona itu disampaikan Tedros dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss.
Ia pun memuji tindakan luar biasa yang dilakukan China dalam menghadapi masa-masa sulit ini.
"Saya pertegas, pernyataan atas status tersebut bukanlah karena kami tidak percaya dengan apa yang dilakukan China," tambah dia.
Baca: Jokowi Berterima Kasih atas Semangat Gotong Royong Dalam Evakuasi WNI ke Tanah Air
Baca: Pemerintah Akan Evakuasi WNI yang Ada di Wuhan, Lalu Dikarantina 14 Hari untuk Cegah Virus Corona
Jumlah korban meninggal dunia akibat wabah virus corona per hari Jumat (31/1/2020) adalah 213 orang.
Dikutip dari South China Morning Post, Komisi Kesehatan Provinsi Hubei melaporkan ada tambahan 42 kasus kematian, 30 di antaranya terjadi di kota Wuhan.
Sementara total orang yang positif virus corona mencapai 9.356 orang yang tersebar di 17 kota.
Virus corona pertama kali ditemukan di Wuhan China Desember lalu. Namun menjadi viral di Januari ini.
Selain China daratan, virus ini juga menjangkiti Makau dan Hong Kong.
Di luar China, ada 20 negara yang mengonfirmasi kasus positif corona di negaranya.
Tiga negara terbaru adalah Filipina, India, dan Italia.
Sementara sisanya, Malaysia, Jepang, Korsel, Vietnam, Taiwan, Thailand, Singapura, Sri Langka, Nepal, Uni Emirat Arab (UEA), Australia, AS, Kanada, Jerman, Prancis, Finlandia.
Baca: Wabah Corona Gerus Pertumbuhan Ekonomi Dunia Sebesar 0,5 Persen
Baca: Alat Pendetiksi Novel Corona Virus Sudan Tersedia di Indonesia
Status darurat global sudah lima kali diumumkan WHO, sejak aturannya berlaku 2007 lalu. Yakni untuk flu babi, polio, Zika, dan Ebola di Afrika.
Status corona akan ditinjau tiga bulan ke depan. Sementara kini, banyak negara melakukan evakuasi warganya dari China.
Saham Jeblok
Imbas status darurat global virus corona, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah di bawah level psikologis 6.000, pada pembukaan perdagangan kemarin.
Berdasarkan hasil pantauan terakhir Jumat siang, IHSG berada di level 5.973,20 terkoreksi 1,39 persen atau turun 84,40 poin.
Sementara di sesi penutupan, indeks terhenti di 5.966,86 atau turun 1,49 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, melemahnya pasar saham nasional diakibatkan oleh sentimen negatif baik yang berasal dari domestik maupun global.
Keputusan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan virus corona berstatus gawat darutat menjadi sentimen utama yang menarik IHSG ke zona merah hari ini.
Baca: Kesaksian WNI yang Berhasil Keluar dari Wuhan, Terkena Pendeteksi Thermal Cam oleh Pihak Bandara
Baca: Bandara Ngurah Rai Sediakan Jalur Khusus untuk Penumpang dari China
Menurut Nafan, keputusan tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap para pelaku pasar.
"WHO telah mendeklarasikan virus corona sebagai ancaman serius. Itu juga menurut saya mendeklarasikan penyebaran virus corona sangat bahaya. Memang sifat bahaya tersebut membuat pelaku investor ketakutan," tuturnya.
Sementara itu, dari dalam negeri sendiri Nafan meyakini bahwa pada pembukaan perdagangan hari ini banyak pelaku yang melakukan aksi penyesuaian alokasi portofolio atau rebalancing portofolio.
"Pelaku major investasi yang melalukan rebancing portofolio membuat pergerakan IHSG mengalami perlemahan, diantara bursa regional Asia yang rata-rata menguat," katanya.
Kendati demikian, Nafan menilai bahwa pelemahan ini merupakan momentum yang tepat bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi pembelian saham.
Pasalnya, bagi para pelaku pasar yang tertarik untuk berinvestasi dalam jangka panjang momen ini menjadi tepat, dengan harga saham yang relatif murah.
"Kita bagi para pelaku investasi mendapatkan harga saham yang murah dan atraktif," ucapnya.(Tribun Network/rin/kps/wly)