TRIBUNNEWS.COM - Foto satelit menunjukan tingkat Sulfur Dioksida (SO2) yang sangat tinggi di kota asal virus corona, yaitu Wuhan, Provinsi Hubei, China pada Minggu (9/2/2020).
Selain di Kota Wuhan, citra satelit juga menunjukan tingkat SO2 yang tinggi terjadi di Kota Chongqing.
Para ilmuwan mengklaim bahwa Sulfur Dioksida (SO2) dihasilkan dari kremasi mayat atau pembakaran limbah medis.
Untuk diketahui, kedua kota tersebut sudah ditutup sejak 2 Februari 2020, akibat dari virus corona.
Baca: Imbas Virus Corona, Vietnam Karantina Komunitas Berisi 10 Ribu Orang
Baca: Cegah Penyebaran Virus Corona, Hong Kong Tunda Aktivitas Belajar Mengajar hingga Pertengahan Maret
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, mayat-mayat korban virus corona harus segera dikremasi.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, citra satelit dari situs Windy.com menunjukan tingkat SO2 di Kota Wuhan berada pada 1.350 μg /m3 selama akhir pekan lalu.
Sementara menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat SO2 tidak boleh melebihi 500 μg/m3.
Badan Perlindungan Lingkungan AS, mengatakan bahwa membakar limbah medis juga dapat menyebabkan emisi SO2 yang tinggi.
Paparan tingkat tinggi dari SO2 dapat menyebabkan risiko serius bagi kesehatan.
Gas tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, radang paru-paru, dan penurunan fungsi paru-paru.
“SO2 dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan fungsi paru-paru, dan menyebabkan iritasi mata,” kata WHO.
Sampai saat ini belum jelas apakah ada kaitan antara virus corona dan tingginya tingkat SO2 di Kota Wuhan pada akhir pekan lalu.
Berdasarkan pantauan Serambinews.com di windy.com, tingkat SO2 di Kota Wuhan hari ini, Rabu (12/2/2020) pukul 12.30 WIB sudah menurun dari pekan lalu.
Baca: Tiga Orang Positif Virus Corona, Total Kasus di Singapura Capai 50 Kasus
Baca: Seusai Kunjungi Bali, Warga China Positif Virus Corona, Berikut Penjelasan Kemenkes
Kosentrasi SO2 di Kota Wuhan berada pada level 145.58 μg/m3.