TRIBUNNEWS.COM - Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai kru kapal pesiar Diamond Princess di Yokohama, Jepang, meminta kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk melakukan evakuasi.
WNI berharap pemerintah menjemput tidak menggunakan kapal laut karena akan memakan waktu dua pekan perjalanan.
"Kepada Pak Presiden Jokowi yang terhormat, kami yang berada di Diamond Princess di Yokohama sudah sangat takut, ibaratnya dibunuh pelan-pelan," ungkap salah satu kru.
Kapal yang akan digunakan adalah kapal medis milik Angkatan Laut RI, yaitu KRI Dr Soeharso.
Kapal tersebut kini berada di dermaga Komando Armada Dua (Koarmada II) Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Kepada ABC Indonesia, Sasa, salah satu kru kapal, mengungkapkan bahwa negara lain sudah memberikan kepastian evakuasi.
"Kru dari India akan dievakuasi pada Senin (24/2/2020), dan kru dari Filipina akan dievakuasi pada Selasa (25/2/2020)," ujar Sasa.
Sasa juga menerangkan bahwa banyak kru kapal asal Indonesia sudah berputus asa bisa pulang lebih awal.
Dia mengungkapkan bahwa para WNI harus bekerja di lingkungan orang-orang yang memiliki potensi terpapar virus corona.
Orang-orang yang terinfeksi di kapal tersebut juga sudah dibawa ke rumah sakit, tetapi tidak ada jaminan bahwa penumpang lain yang belum diperiksa kesehatannya betul-betul sehat.
Pernyataan ini disampaikan sehari sesudah Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa semua kru telah melewati masa observasi dan dinyatakan negatif.
Pemeriksaan terhadap kru WNI di kapal pesiar Diamond Princess baru dilakukan setelah tiga kru WNI dinyatakan positif terjangkit virus corona.
Terkait hal itu, saat ini Pemerintah Indonesia berencana memberi keputusan pada Selasa (25/2/2020) besok.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan adanya rencana pembahasan pada Selasa dan alat transportasi apa yang akan dipakai.
Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan evakuasi dengan pesawat terbang. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess Minta Dievakuasi, Ketakutan dan Tak Mau Mati Perlahan"