TRIBUNNEWS.COM - Krisis corona atau pandemi Covid-19 menjadi problematika 201 negara di dunia.
Hal itu membuat masing-masing negara saling menyoroti perkembangan wabah di negara lain ataupun mengadopsi kebijakan yang dirasa berhasil.
Seperti halnya yang dilakukan media asing asal Inggris The Guardian.
Pada media onlinenya, Guardian menyoroti perkembangan Covid-19 di Indonesia serta penelitian para pakar asing.
Menurut Guardian, sampai bulan lalu, kasus Covid-19 di Indonesia masih pada angka nol kasus.
Baca: Kota Tashkent di Uzbekistan Ditutup, Turis Indonesia Dihimbau Tunda Perjalanan
Baca: Update 26/3/2020: 400 Ribu Lebih Orang Terinfeksi Corona di 196 Negara
Saat itu pemerintah menyangkal sejumlah anggapan pakar terkait kemungkinan infeksi corona yang tidak terdeteksi.
Namun beberapa minggu kemudian Indonesia telah mengantongi 58 kasus kematian dan menjadi angka tertinggi di Asia Tenggara.
Tujuh petugas kesehatan, dokter dan perawat termasuk di dalam daftar hitam itu.
Sementara itu kasus yang terkonfirmasi lebih dari 800 infeksi.
Guardian melaporkan, para peneliti memprediksi bahwa mungkin ada puluhan ribu infeksi yang bersembunyi di seluruh negeri.
Mereka juga khawatir dengan fasilitas medis yang akan kewalahan mengatasi wabah.
Sepekan terakir ini, dua rumah sakit besar meminta pasokan alat pelindung diri (APD).
Guardian mengatakan hingga Senin lalu, sudah ada 42 staf medis yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia.
Seorang dokter anak menuturkan rasa was-wasnya kepada Guardian.
"Saya hanya berdoa dan memiliki iman sehingga saya bisa berhenti khawatir, meskipun kadang-kadang perasaan (kekhawatiran) itu muncul lagi," Agnes Tri Harjaningrum, seorang dokter anak yang bekerja di rumah sakit negeri dan swasta di ibukota.
Dia khawatir Indonesia bisa jadi menghadapi krisis serupa yang terjadi pada Italia.
Senin lalu sejumlah APD dan alat uji tiba dari Cina, tetapi pada Selasa malam kekurangan masih terjadi di beberapa bangsal rumah sakit Jakarta.
Indonesia yang merupakan negara terpadat keempat di dunia dinilai kurang cepat menanggulangi wabah corona.
Sepanjang Februari lalu kasus Covid-19 ini sudah merajalela di sejumlah negara Asia Tenggara.
Namun Indonesia baru saja mengonfirmasi dua kasus pertama pada 2 Maret 2020 lalu.
Hal in juga sempat dipertanyakan sebuah studi di Universitas Harvard yang menganalisa lalu lintas udara dari Wuhan, China.
Pada Senin lalu sejumlah akademisi di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan saat ini hanya 2 persen infeksi Covid-19 yang diketahui di tanah air.
Baca: Media Asing Soroti Pariwisata Indonesia yang Terancam Virus Corona
Baca: Media Asing Beritakan Jokowi dan Iriana yang Dites Negatif Virus Corona
Masih mengutip dari Guardian, kemungkinan ada sekitar 34.000 kasus lagi yang belum tercatat dan perkiraan ini lebih tinggi daripada Iran.
Kendati demikian para peneliti ini juga menyebut mungkin Iran masih mengidentifikasi sedikitnya 7,2 persen kasus di sana.
Namun para peneliti menekankan bahwa hasil penelitian ini masih merupakan perkiraan kasar dan belum diuji coba pakar lainnya.
Ada sejumlah batasan pada estimasi seperti bagaimana demografi sebuah negara bisa mempengaruhi tingat kematian atas Covid-19.
Estimasi inilah yang belum dimasukkan ke dalam penelitian kasar tersebut.
“Tingkat bertahan hidup sangat berkorelasi dengan usia, yang berarti kita perlu memperhitungkannya agar lebih akurat,” kata Dr Timothy Russell.
Indonesia memiliki mayoritas penduduk dengan usia 28an, artinya negara ini memiliki populasi lebih muda daripada negara terinfeksi corona lainnya.
Menurut angka resmi di ibukota Jakarta, ada ratusan kasus di sana sementara puluhan infeksi juga bermunculan di Banten dan Jawa Barat.
Analisis dari Reuters menunjukkan bahwa sistem kesehatan negara itu kurang sumber daya dibandingkan dengan Italia atau Korea Selatan.
Menurut data kementerian kesehatan, Indonesia memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit yang setara dengan sekitar 12 tempat tidur per 10.000 orang.
Korea Selatan memiliki 115 per 10.000 orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada 2017 silam, WHO melihat Indonesia memiliki empat dokter per 10.000 orang.
Italia memiliki 10 kali lebih banyak, berdasarkan per kapita.
Sementara Korea Selatan memiliki dokter enam kali lebih banyak.
Kabar terakhir, Indonesia mengubah wisma atlet yang dibangun untuk Asian Games 2018 menjadi rumah sakit darurat, yang diharapkan akan mampu merawat 24.000 pasien.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)