News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Dampak Corona: 6,6 Juta Warga AS Ajukan Klaim Pengangguran, Lampaui Rekor

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Amerika Serikat Mencatat 100.000-240.000 Kematian sebagai Target

TRIBUNNEWS.COM - Jumlah warga AS yang mengklaim tunjangan untuk pengangguran melampaui rekor tertinggi.

Ini terjadi di saat pandemi Covid-19 sedang menyebar masif selama dua pekan ini di Amerika.

Tidak hanya korban jiwa dan kesehatan, wabah juga berdampak pada ekonomi di AS.

Melansir BBC, Departemen Tenaga Kerja AS menagatakan lebih dari 6,6 juta orang mengajukan klaim pengangguran sampai pada 28 Maret lalu.

Baca: Pesenam Amerika Serikat Menangis Dengar Berita Penundaan Olimpiade Tokyo 2020

Baca: Infeksi Covid-19 Dunia Sudah Mencapai 1 Juta, Beberapa Lonjakan Kasus Terjadi pada Pekan Ini

Angka ini hampir dua kali lipat dari pekan sebelumnya, yang juga mengalami kenaikan signifikan.

Perekonomian AS semakin terpuruk tatkala jumlah kasus melonjak menjadi lebih dari 236.000.

Bahkan kini menurut Worldometers pada Jumat (3/4/2020) kembali mengalami kenaikan menjadi 244.190.

Pekerja menggunakan APD di pusat pengujian virus corona drive-through pertama di negara bagian New York Amerika pada 13 Maret 2020. (Timothy A. Clary/AFP)

Sementara itu jumlah kematiannya mencapai lebih dari 5.600.

Akibatnya Gedung Putih memutuskan akan memperpanjang pembatasan kegiatan untuk mengendalikan wabah.

Analis dari Bank of America, memperingatkan bahwa AS bisa mengalami resesi terdalam dari catatan yang ada, bersama perkiraan tingkat pengangguran mencapai 15 persen.

Prospek ini merupakan perhitungan nyata bagi perekonomia terbesar di dunia.

Bahkan kini tingkat pengangguran sudah melambung menjadi 3,5 persen.

Namun saat ini lebih dari 80 persen warga Amerika sedang dalam penguncian, sehingga sebangian besar bisnis terpaksa tutup.

Analisis dari Koresponden Bisnis New York

Michelle Fleury menganalisa bahwa saat ini AS mencapai jumlah tertinggi klaim pengangguran baru.

Tetapi yang begitu mengerikan bukan hanya besarnya tapi juga kecepatan perusahaan AS mengurangi pekerjanya.

Sekitar 10 juta orang Amerika kehilangan pekerjaan hanya dalam dua minggu terakhir.

Singkatnya 9 juta pekerjaan hilang dalam krisis keuangan 2008.

Ada beberapa alasan terkait peningkatan pengangguran bersejarah pada minggu ini.

Lebih banyak negara bagian memerintahkan bisnis yang tidak penting untuk ditutup menyusul perkembangan wabah corona.

Baca: Zainal Arifin Komentari Pilihan Jokowi, Sebut PSBB Lebih Utamakan Kepentingan Ekonomi daripada Nyawa

Baca: Ekonomi AS Disebut Penuh dengan Bom Utang dan Bisa Hancurkan Finansial

Menurut ekonom, seperlima dari tenaga kerja AS sekarang tengah mengalami penguncian.

Dan paket bantuan pemerintah yang ditandatangani minggu lalu memperluas tunjangan pengangguran untuk membantu lebih banyak orang, seperti wiraswasta dan kontraktor independen.

Mengingat ini adalah angka mingguan, data ini adalah yang terdekat dengan informasi real-time yang menunjukkan seberapa besar dampak pandemi bagi perekonomian Amerika.

Lebih dari 3,3 juta orang mengajukan klaim dua minggu lalu, melampaui rekor sebelumnya 695.000 pada 1982.

Dua minggu setelahnya meningkat menjadi 10 juta.

Baca: Vladimir Putin Kirim Pesawat Bantuan Medis ke Amerika Serikat, Picu Kontroversi Donald Trump

Baca: Reaksi Warga Negara Amerika saat Donald Trump Mencatat 100.000-240.000 Kematian sebagai Target

"Saya biasanya tidak melihat rilis data dan mulai gemetar," kata Heidi Shierholz, mantan kepala ekonom di Departemen Tenaga Kerja AS dan sekarang menjadi Direktur Kebijakan di Economic Policy Institute.

"Ini adalah potret bencana. Sepertinya tidak pernah kita lihat sebelumnya. Ini hanya mewakili kesedihan dan penderitaan yang luar biasa," tambahnya.

Sebelumnya pemerintah AS menelurkan kebijakan tunjangan bagi rumah tangga, bantuan bisnis, dan peningkatan tunjangan pengangguran.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini