TRIBUNNEWS.COM - Sempat viral petugas medis menggunakan plastik sampah medis untuk dijadikan Alat Perlindungan Diri (APD) selama wabah corona.
Dikutip dari Mirror.co.uk, perawat tersebut adalah petugas medis yang bekerja di Rumah Sakit Northwick di Harrow, London Utara.
Sayangnya, mereka kini dikabarkan telah terjangkiti covid-19.
Sebelumnya memang terlihat tiga petugas medis tersebut hanya menggunakan plastik sampah medis berwarna biru untuk menutupi tubuhnya.
Mereka juga hanya menggunakan kantong plastik seadanya di bagian kepala.
Foto tersebut sempat viral dan dibagikan di Telegraph.
Mereka mengklaim jika hanya menggunakan APD darurat selama bekerja di garda terdepan merawat pasien positif covid-19.
Hal ini mereka lakukan karena pihak rumah sakit kekurangan sarung tangan, celemek, hingga alas kaki.
Pada postingan tersebut tertuliskan bagaimana mereka berjuang hari demi hari dengan APD seadanya.
Baca: Wuhan Cabut Lockdown, Puluhan Ribu Orang Tinggalkan Kota
Baca: Donald Trump Ngamuk, Tuding Data Penelitian WHO Salah dan Pro China
"Inovasi APD setidaknya untuk mencoba melindungi kita dari pasien yang menular kita.
Membeli sepatu bot milik kita sendiri, meski harus dikenakan berkali-kali."
"Beginilah Perdana Menteri kita yang justru menyebut kita menimbun APD!
Kita harus tetap berani untuk merawat saudara yang sakit, keluarga, dan pasien kita.
Hanya saja, ini membuat kami menangis dari dalam hati.
Namun kita tetap menunjukkan wajah tersenyum dan berani pada semua orang," tulis keterangan dalam Telegraph potret tersebut.
Potret tersebut beredar bulan lalu.
Dan baru pekan lalu, tiga perawat tersebut dinyatakan positif covid-19.
Baca: Gejala Corona: Rumah Sakit di Amerika Serikat Laporkan Gejala Baru Covid-19
Baca: Tunangan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Menangis karena Kekasihnya Dirawat di Rumah Sakit
"Kami dapat kabar jika sejumlah anggota staf yang bekerja positif covid-19, dan itu benar," ujar juru bicara rumah sakit.
Staf menyebut jika petugas medis memang sangatlah rawan terkena covid-19.
"Ini sangat disayangkan dan tidak terduga, karena ini juga terjadi pada para petugas medis di dunia."
"Kami memberikan dukungan penuh kepada anggota staf kami yang menjadi sakit, dan kami berharap mereka segera pulih." pungkas sang juru bicara rumah sakit.
Dalam kondisi seperti ini, pihak rumah sakit diduga terus memberikan ancaman pada para pekerja agar tak membicarakan kekurangan APD pada pers.
Dilansir Bloomberg, ini karena Lin diketahui memberi wawancara pada surat kabar dan bicara tentang APD (Alat Pelindung Diri) yang tidak layak.
Baca: Apa Kata Ahli Kesehatan Dunia tentang Masker Non-medis?
Baca: Seharian Kemarin, 700 Orang Meninggal di Amerika Akibat Corona
Di Chicago seorang perawat yang dirumahkan setelah katahuan curhat terkait masker yang tidak layak kepada koleganya lewat email.
Sementara itu di New York, NYU Langone Health memperingatkan pada karyawannya terkait pemecatan bila tenaga kesehatan ini bicara di media tanpa izin.
"Rumah sakit mengancam para perawat dan semua pekerja kesehatan lainnya demi mempertahankan citra," kata juru bicara Washington State Nurses Association, Ruth Schubert.
"Ini keterlaluan," ujarnya.
Sejatinya rumah sakit secara turun temurun berpedoman untuk merahasiakan privasi pasien.
Sehingga sedikit banyak mendesak para staf agar tidak bicara terkait hal itu kecuali kepada wartawan melalui perizinan ketat.
Tapi Schubert menilai pandemi ini mengubah cara tradisional rumah sakit.
"(Tenaga kesehatan) harus mampu memberitahu publik apa yang sebenarnya terjadi di dalam fasilitas perawatan pasien Covid-19," katanya.
Salah satu tujuannya, untuk mempersiapkan dokter dan perawat lain yang akan menghadapi kondisi krisis ini.
Sekaligus mendorong adanya sumbangan atau bantuan perlengkapan kesehatan sampai APD.
Jauh sebelum ini, China telah memberlakukan hal yang sama.
Seorang dokter mengungkapkan tentang wabah ini di sebuah ruang obrolan online pada akhir Desember, lalu.
Saat itu penyakitnya belum memiliki nama Covid-19 atau nCov-2019.
Dokter ini ingin meningkatkan kewaspadaan masyarakat, namun dia ditegur polisi dan terpaksa mengakui bahwa penyakit yang dia maksud adalah hoaks.
Dokter malang ini lantas tertular pasien Covid-19 dan sudah meninggal dunia.
"Hal baik dan pantas bagi pekerja kesehatan untuk mengungkapkan ketakutan dan kekhawatiran mereka sendiri."
"Terutama ketika menyatakan hal itu, bisa memberi mereka perlindungan yang lebih baik,” kata direktur fakultas di pusat bioetika Harvard Law School, Glenn Cohen.
Kemungkinan alasan rumah sakit ingin melindungi citra dengan ancaman seperti ini adalah karena mereka takut dengan kemarahan publik.
Baca: UPDATE Kasus Corona Dunia 2 April 2020: AS Capai 200 Ribu, Tidak Ada Pasien Positif Baru di China
Baca: Tanggapan NU Jika Ada Penolakan Jenazah Covid-19: Tidak Boleh Dihina dan Jangan Menolak Saudara Kita
Sebab bila publik tahu kondisi tidak layak yang dialami tenaga kesehatan di sana, pasti masyarakat akan geram.
Di tengah pendemi Covid-19 ini, banyak dokter, perawat, dan pekerja kesehatan lainnya yang turun ke media untuk menceritakan kondisi mereka.
Bahkan sejumlah postingan di Twitter bertagar #GetMePPE viral di media sosial.
Undang-undang privasi melarang mengungkap informasi pasien tertentu, tetapi tidak melarang membahas kondisi kerja umum.
Karyawan NYU Langone Health menerima pesan pada Jumat lalu dari Kathy Lewis, wakil presiden eksekutif komunikasi terkait pemutusan kerja dan tindakan disipliner bagi karyawan yang bicara ke media.
Juru bicara NYU Langone Health, Jim Mandler mengaku kebijakan ini guna melindungi kerahasiaan pasien dan staf.
"Karena informasi terus berkembang, demi kepentingan terbaik staf dan lembaga kami, hanya mereka yang memiliki informasi terbaru yang diizinkan untuk mengatasi masalah ini dengan media."
Sementara itu Sistem Kesehatan Montefiore New York mewajibkan izin bagi staf yang akan diwawancara.
Bahkan semua hasil wawancara media harus diperiksa dulu oleh departemen di rumah sakit.
Salah satu korban pemecatan terkait APD di Chicago, Lauri Mazurkiewicz tengah mengajukan gugatan pemutusan kerja yang tidak benar.
"Banyak rumah sakit berbohong kepada pekerja mereka dan mengatakan bahwa masker sederhana sudah cukup dan perawat sakit dan mereka sekarat," katanya.
(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari/ Ika Nur Cahyani)