TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Donald Trump dikabarkan mengabaikan saran social distancing atau jarak sosial.
Menanggapi berita tersebut, penasihat kesehatan masyarakat terkemuka AS, dokter Anthony Fauci buka suara.
Dokter Fauci mengonfirmasi pemberitaan New York Times yang mengatakan, ia dan pejabat administrasi Trump lainnya telah merekomendasikan implementasi jarak fisik untuk memerangi virus corona pada Februari 2020.
Namun, selama satu bulan berselang, saran tersebut ditolak Trump.
Baca: Teman Dekat Sekaligus Penyumbang Kampanye Trump Meninggal karena Corona
Baca: Pemerintahan Donald Trump Diduga Kuat Abaikan Peringatan Ahli Tentang Ancaman Virus Corona
"Anda tahu, seperti yang telah saya katakan berulang kali, kami melihatnya dari sudut pandang kesehatan,: kata dokter Fauci yang dikutip dari The Guardian.
"Kami membuat rekomendasi. Seringkali, rekomendasi diambil, terkadang tidak," tegasnya.
"Itu yang sebenarnya. Kami berada di tempat kami seharusnya berada," paparnya.
Untuk diketahui, lebih dari 560.00 kasus Covid-19 telah dikonfirmasi di AS.
Kematian tercatat lebih dari 22.000 kasus hingga Senin (13/4/2020).
Pada Agustus, pejabat terkait memperkirakan korban tewas akan mencapai 60.000 orang.
Infeksi Covid-19 di Amerika Serikat
Lebih jauh, kasus infeksi Covid-19 pertama di AS terjadi pada 21 Januari 2020 lalu di kota Washington.
Kasus tersebut terjadi enam pekan sebelum Donald Trump mengambil kebijakan agresif untuk memperlambat penyebaran wabah Covid-19.
Satu pekan setelah kasus pertama didaftarkan, sikap Donald Trump dilaporkan telah mengabaikan peringatan terhadap potensi dan kemungkinan terjadinya wabah di negara tersebut.
Diberitakan Tribunnews yang mengutip dari Sputnik News pada Minggu (12/4/2020), Penasihat Medis senior di Departemen Urusan Veteran, Carter Mecher angkat bicara.
Baca: UPDATE Corona Dunia 13 April 2020: Lebih dari 22 Ribu Warga AS Meninggal karena Covid-19
Baca: Mantan Pemain AS Monaco Buka Suara Soal Pemecatan Thierry Henry, Sebut Keputusan Tidak Adil
Mecher disebut sebagai orang pertama yang menyampaikan peringatan kepada sekelompok pejabat kesehatan di lingkungan administrasi Trump melalui surelnya.
Ia memperingatkan mereka bahwa wabah ini akan berkembang lebih dari yang bisa dibayangkan.
"Bagaimanapun cara anda berupaya memutus rantainya, ini akan tetap menjadi buruk," tulis Mecher dalam surelnya yang bertanggal 28 Januari 2020 itu.
"Kalian mengolok-olok saya karena berteriak untuk menutup sekolah. Sekarang saya berteriak, tutup kampus dan universitas," tambahnya.
Beberapa pejabat tinggi, termasuk Penasihat Gedung Putih dan pakar di departemen kabinet serta badan intelijen AS mulai membunyikan alarm tentang potensi ancaman terhadap negara tersebut.
Donald Trump terus bersikap seolah virus ini bukan masalah yang besar.
Namun akhirnya, pada 31 Januari lalu, pemerintah AS membatasi warganya untuk tidak bepergian ke China, tempat virus coronapertama kali muncul pada Desember 2019 di kota Wuhan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)