TRIBUNNEWS.COM - Selain menghadapi perang saudara, kini Libya juga harus melawan Covid-19 yang makin mengkhawatirkan.
Rakyat Libya mengeluh tentang kurangnya bantuan dari pemerintah untuk mengatasi virus corona.
Mengutip dari Al Jazeera, mereka terpaksa mengandalkan bantuan, sukarelawan atau bantuan lain yang bisa mereka peroleh.
Dalam menghadapi Covid-19, Libya telah memberlakukan jam malam nasional dari pukul 2 siang hingga 7 pagi waktu setempat.
Pemerintah Libya juga melarang perjalanan antar kota untuk mengekang penyebaran virus corona.
Baca: Mantan Perdana Menteri Libya Mahmoud Jibril Meninggal Dunia karena Virus Corona
Baca: 50 Gambar Ilustrasi Virus Corona, Cocok Sebagai Bahan Edukasi untuk Masyarakat
Negara Paling Rentan
Sebelumnya, dalam laporan Indeks Keamanan Kesehatan Global bulan lalu, Libya termasuk dalam 27 negara paling rentan terhadap wabah virus corona.
Libya dianggap sebagai negara berisiko tinggi untuk Covid-19 menurut WHO.
Wakil Kepala Sub-delegasi untuk Palang Merah (ICRC) di Tripoli, Maria Carolina angkat bicara kepada Al Jazeera.
Carolina mengatakan, dokter dan petugas kesehatan lainnya perlu dilatih tentang pencegahan infeksi, serta dilengkapi dengan APD.
"Secara rutin dipanggil kembali ke garda terdepan untuk mengobati cedera perang," ungkap Carolina.
"Petugas kesehatan masyarakat setempat juga sudah kelebihan beban," kata Carolina.
"Bahkan sistem perawatan kesehatan paling maju di negara-negara yang sangat stabil dan kaya sumber daya, telah berjuang mengatasinya," kata Caroline.
"Wabah Covid-19 akan memiliki dampak yang sangat buruk pada staf medis di Libya," tuturnya.
Bulan lalu, Human Right Watch mengatakan, sistem kesehatan Libya "Dihantam oleh konflik bersenjata yang terputus-putus dan menghadapi perpecahan politik sejak 2011."
Baca: WHO Peringatkan Timur Tengah agar Bertindak Cepat untuk Tangani Virus Corona
Baca: Palestina Umumkan Kasus Pertama, Total 15 Negara di Timur Tengah Terkena Wabah Virus Corona
Gudang Medis Diserang
Sebelumnya, gudang medis di sebuah rumah sakit ibu kota Tripoli diserang oleh kelompok milisi yang setia kepada Khalifa Haftar.
Menurut Government of National Accord (GNA), serangan tersebut menargetkan Rumah Sakit Al-Khadra di al-Swani.
Dari pernyataan yang dikeluarkan GNA, situs tersebut diserang menggunakan rudal Grad.
PBB mengutuk serangan terhadap rumah sakit, di mana setidaknya tiga warga sipil terluka.
Lebih jauh, PBB menyebut serangan tersebut pelangaran terhadap hukum internasional."
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)