Hal itu karena tindakan meletakkan tangan ke mulut atau menggunakan tangan yang tidak dicuci dan terkontaminasi untuk menggulung rokok yang dapat meningkatkan penularan virus dari tangan ke mulut.
Dalam sebuah studi tentang wabah China di New England Journal of Medicine, ditemukan bahwa kurang dari 15 persen pasien Covid-19 adalah perokok aktif atau mantan perokok.
Mengingat jumlah perokok di China, tercatat sekira ada seperlima dari populasi.
Ini mungkin menyiratkan bahwa perokok tidak harus berisiko lebih tinggi untuk menangkapnya.
Lebih jauh, ada bukti yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan keparahan virus bila perokok tertular Covid-19.
Studi terbesar yang dilakukan, telah mengamati 1.099 pasien di Tiongkok.
Pasalnya, tersebut menemukan bahwa perokok memiliki kemungkinan 1,4 kali lebih besar untuk mengalami gejala berat.
Sekira 2,4 kali lebih mungkin dirawat di ICU, dan perlu ventilasi atau mati dibandingkan dengan bukan perokok yang tertular virus corona.
Perokok dianggap berisiko lebih tinggi terkena komplikasi seperti kesulitan pernapasan dan pneumonia.
Bila mereka terkena virus corona karena kesehatan pernapasan dasar, kondisi mereka cenderung buruk.
Mereka juga berisiko lebih tinggi memiliki kondisi pernapasan yang mendasarinya seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Sebagai catatan, PPOK merupakan sejenis penyakit paru-paru yang dapat diperburuk oleh virus.
Selain itu, merokok adalah faktor risiko untuk mengembangkan masalah lain.
Masalah kesehatan tersebut di antaranya yakni, penyakit jantung dan kanker yang juga terkait dengan komplikasi bagi mereka yang menderita virus corona.