TRIBUNNEWS.COM - Berbagai spekulasi hingga dugaan mencuat menanggapi keberadaan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Mulai dari bersembunyi karena virus corona hingga terluka akibat rudal.
Seperti diberitakan, Kim Jong Un menghilang dari publik sejak 15 April 2020 lalu.
Di hari itu, ia tak terlihat dalam peringatan nasional negara mengenang ulang tahun pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, yang merupakan kakeknya.
Baca: Sebuah Video Mengklaim Kematian Kim Jong Un Beredar di Korea Utara, Pemerintah Investigasi Sumbernya
Otoritas setempat pun belum memberikan penjelasan maupun pengumuman terkait kondisi sang pemimpin.
Lalu ke mana Kim Jong Un berada hingga kini hampir dua pekan tak terlihat publik?
Tribunnews.com merangkum dari berbagai sumber terkait dugaan penyebab Kim Jong Un menghilang dari publik berikut ini:
1. Di Wonsan Sejak 13 April
Pernah diberitakan Tribunnews.com, media Korut melaporkan Kim telah mengirim pesan terima kasih kepada para pekerja yang membangun sebuah resor wisata di Wonsan, daerah yang disebut beberapa laporan media Korea Selatan mungkin akan menjadi tempat tinggal sementara Kim Jong Un.
Baca: 2 Pernyataan Membingungkan Donald Trump Perihal Kesehatan Kim Jong Un
"Posisi pemerintah kami tegas. Kim Jong Un masih hidup dan sehat. Dia sedang tinggal di daerah Wonsan sejak 13 April. Sejauh ini tidak ada gerakan mencurigakan yang terdeteksi," kata Moon Chung-in, Penasihat Kebijakan Luar Negeri Utama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, kepada saluran berita di Amerika Serikat.
Gambar satelit dari pekan lalu menunjukkan kereta khusus milik Kim di Wonsan, yang mendukung isi laporan itu, menurut 38 North, yakni suatu kelompok proyek pemantauan Korea Utara yang berbasis di Washington.
Meskipun kelompok 38 North mengatakan kereta di gambar satelit itu mungkin kereta pribadi pemimpin Korea Utara, namun belum ada konfirmasi dari pihak independen.
Seorang juru bicara untuk Kementerian Unifikasi Korea pada Senin tidak mau berkomentar apapun ketika ditanya tentang laporan Kim berada di Wonsan.
2. 'Sembunyi' dari Corona
Dikutip dari Mirror.co.uk, sebuah sumber di China mengatakan kepada JoongAng Ilbo, surat kabar di Korea Selatan, Kim absen dari acara perayaan karena seorang pengawalnya diduga positif Covid-19.
Kim terpaksa absen dari perayaan ulang tahun sang kakek karena akan membuat ia dan siapapun yang dekat dengan pengawalnya, berpotensi tertular virus corona.
Sumber yang tak disebut namanya itu menambahkan, hal tersebut membuat Kim Jong Un membatasi kemunculannya di hadapan publik.
Baca: Keberadaan Kim Jong Un Masih Jadi Misteri, Pembelot Korut: Yang Tahu Kondisinya Hanya Istri dan Adik
Surat kabar Korea Selatan lainnya, Dong-A Ilbo, mengutip perkataan seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang tak disebut namanya.
Sumber tersebut mengatakan Kim meninggalkan Pyongyang menuju kompleks peristirahatannya di Wonsan, untuk menghindari virus corona.
Ia mengklaim beberapa pembantu Kim dan pejabat tinggi telah terjangkit Covid-19.
Kim Jong Un terlihat berjalan sendiri antara 15 hingga 20 April 2020, tambah pejabat itu.
Terakhir, Kim muncul di hadapan publik pada 11 April ketika ia memimpin pertemuan politbiro dari Partai Buruh yang berkuasa.
3. Kelainan Kesadaran
Kim Jong Un dikabarkan meninggal dunia atau berada dalam kondisi vegetatif.
Menurut Metro.co.uk, kabar ini berasal dari wartawan di negara tersebut.
Sebelumnya, kondisi vegetatif adalah kelainan kesadaran yang dialami pasien kerusakan otak.
Pasien itu dalam kondisi sadar secara parsial namun tidak menunjukkan persepsi dan reaksi kognitif terhadap rangsangan yang ada di sekitarnya.
Salah seorang sumber dari tiga orang yang dekat dengan kondisi itu mengatakan ada satu tim ahli medis dari Tiongkok yang dikirim untuk memberi nasihat cara merawat Kim.
Wakil direktur Televisi Satelit HKSTV Hong Kong Shijian Xingzou mengaku seorang sumber terpercaya mengatakan kepadanya Kim sudah meninggal.
Sementara itu, sebuah majalah Jepang, Shukan Gendai, melaporkan pemimpin diktator itu dalam kondisi vegetatif.
Itu terjadi setelah penundaan prosedur operasi jantung sederhana yang membuatnya sakit parah.
4. Sakit Jantung
Shukan Gendai menulis, Kim memegang dadanya dan jatuh ke tanah saat berkunjung ke pedesaan awal April ini.
Seorang ahli medis Tiongkok yang dipercaya dekat dengan situasi Kim mengatakan, bahwa prosedur stent sangat diperlukan.
Namun bila dilakukan dengan buruk dan sangat terlambat, bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
Mengutip Kompas.com, Dr dr Antonia Anna Lukito, SpJP(K), FIHA FSCAI, FAPSIC dari Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) dan Pokja Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan dokter akan memasangkan stent atau yang dikenal sebagai cincin atau ring kepada orang dengan serangan jantung.
"Stent ini bukan operasi, tapi tindakan non-bedah. Jadi, tidak dibius umum, tetapi hanya bius lokal," kata Antonia.
Proses pemasangan stent hanya memakan waktu 45 menit, 15 menit untuk kateterisasi dan 30 menit untuk memasang stent.
"Jadi, kita masukkan benang bersama balon ke dalam pembuluh darah jantung. Balon ini kemudian dikembangkan dari luar untuk memampatkan plaknya, dikempeskan lagi, dan dikeluarkan," jelasnya.
Tindakan ini harus dilakukan secepat mungkin, paling tidak dalam 90 menit sejak terjadi serangan jantung.
5. Kena Rudal
Dikutip Tribunnews dari Dong-A Ilbo, menurut Lee Jeong Ho, mantan pejabat tinggi Room 39, sebuah organisasi yang dijalankan oleh Partai Buruh Korea Utara angkat bicara.
Untuk diketahui, Room 39 mengelola dana basah valuta asing milik Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un.
Lee Jeong Ho mengatakan, Kim Jong Un mungkin terluka selama tes rudal jelajah jarak pendek pada 14 April 2020.
Dalam sebuah artikel yang ditulis untuk surat kabar ini pada hari Sabtu, Lee Jeong Ho yang membelot dari Korea Utara ke Amerika Serikat memberikan keterangan.
Ia mengatakan, uji coba rudal seperti yang dilakukan pada 14 April 2020 tidak dapat dilanjutkan tanpa perintah panglima tertinggi.
Hal itu menunjukkan Kim Jong Un sehat sampai pukul 07.00 pagi waktu setempat, ketika rudal ditembakkan.
"Kim Jong Un absen dari laporan tes, sementara tidak ada rekaman peluncuran rudal dan pelatihan pesawat tempur dirilis," ungkap Lee.
"Ini menunjukkan kemungkinan kecelakaan tak terduga yang mungkin disebabkan oleh puing-puing atau kebakaran," kata Lee.
Lebih jauh, menurut Lee, Kim Jong Un mungkin jatuh sakit tidak lama setelah peluncuran rudal tersebut.
Ia menambahkan, Rodong Sinmun atau Komite Penyiaran Pusat Korea tidak dapat menerbitkan rekaman tes rudal tanpa izin dari Kim Jong Un.
Baca: Bukan Rumor Jika Ayah dan Kakek Kim Jong Un Meninggal karena Penyakit Jantung
Terakhir Terlihat
Media pemerintah Korea Utara terakhir kali melaporkan keberadaan Kim Jong Un ketika dia memimpin pertemuan pada 11 April 2020.
Diberitakan Al Jazeera, 4 hari kemudian, Kim Jong Un absen dari peringatan kelahiran pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, pada 15 April. 2020.
Direktur Pusat Studi Korea Utara Cheong Seong-chang, yang ada di Sejong Institute di Korea Selatan, angkat bicara kepada New York Times.
Cheong mengatakan, Kimg Jong Un tidak muncul di mausoleum kakeknya selama peringatan tersebut.
Pernyataan resmi secara mencolok tidak menyebut Kim Jong Un dalam beberapa hari terakhir.
Namun, pada Sabtu (25/4/2020), Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi melaporkan bahwa Kim Jong Un telah menerima pesan sambutan dari Ketua Komite Sentral Partai Komunis Federasi Rusia.
Pesan tersebut disampaikan pada ulang tahun pertama KTT Kim Jong Un dengan Presiden Vladimir Putin.
Negara Tetangga Sebut Kim Jong Un Sehat
Korea Selatan memberikan klarifikasi terkait kabar Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un meninggal dunia.
Dikutip dari CNN, Senin (27/4/2020), Penasihat Kebijakan Luar Negeri Utama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Moon Chung-in menegaskan Kim Jong Un masih hidup dalam dalam kondisi sehat.
"Posisi pemerintah kita tegas. Kim Jong Un masih hidup dan sehat. Dia telah tinggal di daerah Wonsan sejak 13 April."
"Sejauh ini tidak ada gerakan mencurigakan yang terdeteksi," kata Moon Chung-in.
Diketahui, setelah Kim Jong Un terpantau absen dalam perayaan ulang tahun kakeknya pada 15 April lalu, beragam spekulasi perihal kesehatannya muncul.
Kim dikabarkan telah menjalani operasi kardiovaskular dan kondisinya kritis.
Dikutip dari Kompas.com, Wakil direktur kanal Hong Kong Satellite TV mengklaim Kim Jong Un meninggal, yang kemudian diperkuat keterangan pakar Semenanjung Korea, Jang Sung-min.
Dilansir IBTimes, Sabtu (25/4/2020), Chairman The World and Northeast Asia Peace Forum itu menyiratkan kepercayaan kabar itu benar.
Dikabarkan media bernama Kuki News, Jang mengutip ucapan sumber pemimpin yang berkuasa sejak 2011 itu berada dalam kondisi serius.
"Kondisi kesehatan Kim Jong Un sangat serius. Kemudian pada pagi ini, pemerintah Korut menyimpulkan mustahil bagi mereka menyelamatkannya," kata Jang.
Jang menerangkan, si sumber itu sempat ditanya apakah dia bersedia untuk memastikan apakah Kim sudah tiada ataukah masih hidup.
Sumber itu kemudian tidak menjawab pertanyaan itu dan menghindari memberi jawaban langsung.
"Hanya itu yang perlu Anda ketahui," kata si sumber.
Berbekal ucapan si informan, Jang kemudian menginterpretasi Pyongyang telah mengakui adanya desaa desus mengenai kondisi si pemimpin tertinggi.
"Kami harus membagi risiko soal kabar kematiannya, dan bersiap dengan segala tindakan jika informasi itu benar adanya," ucap Jang.
Dia menambahkan, sebelum Kim tampil lagi di depan publik untuk membuktikan dia masih hidup, dia akan mempertimbangkan yang bersangkutan sudah wafat.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Febby Mahendra, Daryono, Pravitri Retno, Ika, Andari)