TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan agar pemimpin dunia mengakhiri "tsunami kebencian dan xenophobia (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing)", di tengah pandemi virus corona (covid-19).
"Sentimen anti-orang asing telah melonjak secara online dan di jalan-jalan. Teori konspirasi anti-Semitik telah menyebar, dan serangan anti-Muslim yang terkait dengan COVID-19 telah terjadi," ujar Sekjen PBB ini seperti dilansir AP, Jumat (8/5/2020).
Baca: Tak Jujur Sepulang dari Jakarta, Tenaga Medis Ini Dijemput Petugas, Sempat Buka Praktik di Rumah
Guterres mengatakan, para migran dan pengungsi "telah difitnah sebagai sumber virus — dan kemudian menolak mereka mendapat akses perawatan medis."
"Dengan orang lanjut usia yang paling rentan, meme hinaan pun bermunculan," katanya.
"Dan wartawan, whistleblower, profesional kesehatan, relawan dan pembela HAM juga menjadi target (kebencian), hanya karena mereka melakukan pekerjaan," jelasnya.
Baca: Kepala Daerah Curangi Bansos COVID-19, Siap-siap Berhadapan dengan KPK
Karena itu Guterres menyerukan para pemimpin dunia untuk menunjukkan solidaritas dengan semua orang.
Di lembaga pendidikan, para pemimpin dunia "fokus memberikan edukasi secara daring atau digital" untuk mencegah masuknya paham-paham kebencian.
Baca: Mulai Panen di Okinawa Jepang, Pare Dipercaya Bisa Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
"Media, terutama media sosial, untuk "menghapus konten berbau rasis, misoginis dan konten berbahaya lainnya," ujarnya.
"Dan aku meminta semua orang, di mana pun mereka berada, untuk berdiri melawan kebencian, memperlakukan satu sama lain dengan lebih bermartabat dan mengambil setiap kesempatan untuk menyebarkan kebaikan," kata Guterres.
Sekretaris Jenderal PBB menegaskan, Covid-19 "tidak peduli siapa kita, di mana kita hidup, apa yang kita percayai atau tentang perbedaan lainnya." (AP)