"Saya pikir saya membantu rakyat Venezuela mengambil kembali kendali atas negara mereka," tambah Denman.
Selama pengakuan Denman ini, tidak tampak pengacara yang mendampingi atau tekanan-tekanan agar dia bicara.
Namun, mantan Navy Seal yang juga mengenal Denman, Ephraim Mattos menilai rekannya itu bicara di bawah tekanan dan paksaan.
Dia berasumsi demikian karena melihat gerakan Denman ketika bicara tentang keterlibatan Presiden AS, Donald Trump dalam serangan tersebut.
"Dia terlihat sangat cepat," kata Mattos dalam wawancaranya bersama Wall Street Journal.
"Itu dia dengan jelas mengisyaratkan bahwa dia berbohong. Itu adalah sesuatu yang dilatih pasukan khusus untuk dilakukan," jelas Mattos.
Kembali ke pengakuan Berry, selain Presiden Venezuela Maduro, dia menyebutkan dua target lainnya.
Diantaranya yaitu instalasi dinas intelijen militer Venezuela, DGCIM, dan dinas intelijen nasional Bolivarian, Sebin.
Tanggapan Presiden Maduro dengan Aksi Dua Militer AS Ini
Saat berbicara pada Rabu (6/5/2020) ini, Maduro membahas invasi AS pada abad 21 yang gagal dilakukan di Teluk Babi, Kuba.
Presiden mengklaim para penyusup negara ini bekerja di bawah komando Trump.
"Donald Trump berada di belakang semua ini," kata pemimpin otoriter Venezuela, mengacungkan kontrak yang diduga menunjukkan bahwa misi tersebut telah ditugaskan oleh saingannya, pemimpin oposisi, Juan Guaido.
"Ini kontraknya. Berikut adalah tanda tangannya, kontrak untuk invasi Venezuela. Pelanggaran serius," kata Maduro.
Sementara itu, Juan Guaido yang namanya dibawa-bawa Maduro menolak dihubungkan dengan penyusup atau rencara kudeta di Venezuela ini.