TRIBUNNEWS.COM - Tak dapat dipungkiri lagi bahwa petugas medis adalah sosok yang paling berjasa di masa pandemi virus corona seperti saat ini.
Petugas medis bahkan bertaruh nyawanya saat secara langsung menangani pasien Covid-19.
Sudah sepatutnya kita memberi penghormatan dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada petugas medis yang berjuang di garis terdepan.
Namun, meski banyak pengorbanan yang mereka lakukan, nyatanya ada-ada saja orang yang memperlakukan petugas medis layaknya pembawa virus.
Sejumlah orang takut mereka akan terinfeksi virus corona dari petugas medis yang setiap hari bekerja di rumah sakit.
Baca: Soal Viral Indonesia Terserah, Dokter Ini Ungkap Rasa Sakit Hati: Sebagai Manusia Kami Capek
Baca: Viral, Bocah Penjual Jalangkote Dibully, saat Pulang Cium Adiknya: Maaf Tak Bisa Belikan Popok
Hal tak menyenangkan dialami perawat laki-laki asal Singapura.
Ia dan istrinya yang juga bekerja di rumah sakit mendapat perlakuan tak menyenangkan dari tetangganya sendiri yang sudah bertahun-tahun hidup berdampingan.
Kejadian ini mendapat sorotan setelah video penghinaan sang perawat diunggah media sosial Facebook.
Dalam video, sang tetangga mengejek, menghina, dan bahkan menyemprotkan disinfektan pada perawat dan anaknya.
Ketika pulang, sang tetangga sudah siap menunggu mereka untuk menyemprotkan disinfektan.
Bahkan para tetangga berulang-ulang meneriaki mereka "virus, virus, virus."
"Seperti ini saat saya pulang ke rumah. Saya ragu akan berhenti selama kami tetangga dan selama saya bekerja sebagai perawat," tulis perawat itu dalam teks video.
Pembullyan makin menjadi saat cairan disinfektan yang disemprotkan oleh tetangga mengenai anak perempuan perawat itu.
Beruntung, menurut The Online Citizen Asia, cairan itu tidak masuk ke dalam mata sang anak.
Sang perawat akhirnya melaporkan kejadian itu pada polisi.
Perawat itu pun sebenarnya menyesali harus adanya laporan karena mereka tetangga.
Namun, netizen di Singapura ramai-ramai membela perawat itu.
Mereka menuliskan kata-kata semangat dan dukungan untuk perawat itu dan juga keluarganya.
Hingga saat ini, belum diketahui apakah ada sudah ada tindakan lebih lanjut dari otoritas Singapura terhadap kasus ini.
Berikut video dan postingan lengkap peristiwa tersebut.
"Seorang perawat berbagi cobaan yang dialami keluarganya selama beberapa hari terakhir di akun Instagram-nya di mana tetangganya mengejek, melontarkan kata-kata kasar, menyemprotkan cairan desinfektan dan meneriaki keluarganya setiap kali mereka kembali ke rumah.
Pengguna Instagram "jibby4g" yang istrinya juga seorang pekerja layanan kesehatan, memposting video singkat memperlihatkan pertemuan mereka dan tetangga.
Dalam videonya, perawat laki-laki itu menulis:
'Seperti ini pulang ke rumah sekarang. Ragu hal-hal ini akan berhenti selama kami bertetangga dan selama saya bekerja sebagai perawat.'
Perawat itu menceritakan bahwa mereka telah menjadi tetangga yang baik selama 5 tahun terakhir dan berkata:
'tiba-tiba setelah pandemi ini terjadi, mereka tahu bahwa kami adalah garis depan dan seperti ini lah perlakuan yang kita terima.'
Bahkan orang tua yang menjemput anak-anak mereka juga diduga di-bully secara verbal dan disemprot.
Menurut perawat laki-laki itu, ia telah membuat laporan di kantor polisi setelah larutan disinfektan yang disemprotkan tetangga mengenai wajah anak perempuan mereka.
Untungnya, cairannya tidak sampai ke mata.
Keluarga disarankan untuk mengajukan laporan hakim secara terpisah karena polisi tidak dapat mengambil tindakan apa pun tanpa perintah pengadilan.
'Setelah laporan, keluargaku masih berpikir jika kita harus mengejar kasus ini karena kita akan tetap bertetangga.
Saya masih bekerja sebagai perawat. Akankah segalanya berubah menjadi lebih baik.' tulis perawat laki-laki itu.
Dia berterima kasih kepada semua orang yang telah menulis kata-kata baik di postingan instagramnya dan meminta orang-orang membantu meningkatkan kesadaran akan diskriminasi yang dihadapi oleh para petugas garis depan.
'Terima kasih untuk semua atas dukungan, doa dan kepedulian terhadap saya dan keluarga saya.
Silakan terus lakukan dan bawa kesadaran sehingga tidak ada yang akan hidup dalam ketakutan dan tidak ada pejuang garis depan atau staf layanan penting yang harus mengalami hal seperti ini.'
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)