TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah menguji rudal jarak menengah hipersonik Oreshnik dalam serangan terhadap kota Dnipro, Ukraina, Kamis (21/11/2024).
Kremlin mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap penggunaan rudal yang dipasok AS dan Inggris baru-baru ini oleh Ukraina untuk menargetkan wilayah Rusia.
Joe Biden, presiden AS yang akan lengser, dan pemerintahannya baru-baru ini memberi lampu hijau bagi Ukraina untuk melancarkan serangan jarak jauh ke dalam wilayah Rusia, sebuah langkah yang telah meningkatkan ketegangan.
Mengutip Al Jazeera, berikut fakta-fakta mengenai rudal balistik baru Rusia, Oreshnik.
1. Apa Itu Oreshnik?
Rudal balistik jarak menengah baru, Oreshnik, yang berarti pohon hazel dalam bahasa Rusia, adalah senjata berkemampuan nuklir yang belum pernah disebutkan secara publik sebelumnya.
Pentagon mengatakan rudal tersebut didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) “RS-26 Rubezh”.
Rudal hipersonik melaju dengan kecepatan setidaknya Mach 5 – lima kali kecepatan suara – dan dapat bermanuver di tengah penerbangan, sehingga lebih sulit dilacak dan dicegat.
Rudal tersebut dapat memiliki tiga hingga enam hulu ledak, menurut pakar militer Viktor Baranets di tabloid Komsomolskaya Pravda.
Igor Korotchenko, editor jurnal Pertahanan Nasional yang berbasis di Moskow, mengatakan kepada kantor berita negara TASS bahwa berdasarkan rekaman video serangan tersebut, Oreshnik memiliki beberapa hulu ledak yang dipandu secara independen.
2. Mengapa Rusia menggunakan rudal ini sekarang?
Rusia sedang dalam mode pembalasan.
Peluncuran Oreshnik dilakukan setelah Ukraina menembakkan rudal yang dipasok AS dan Inggris ke wilayah Rusia untuk pertama kalinya, yang meningkatkan ketegangan dalam konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Baca juga: Zelensky Merengek Minta Arhanud Terbaru, Putin Janji Rusia Kirim Lebih Banyak Oreshnik ke Ukraina
Hal ini dilakukan menyusul pencabutan larangan terhadap Kyiv, yang telah ditetapkan oleh Washington, untuk menggunakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) berpresisi tinggi untuk menyerang target di Rusia.
Moskow mengatakan enam rudal ATACMS buatan AS diluncurkan ke Rusia pada hari Selasa (19/11/2024), sementara rudal jelajah Storm Shadow Inggris dan HIMARS buatan AS ditembakkan ke negara itu pada hari Rabu (20/11/2024).
Moskow mengatakan hal ini menjadikan negara-negara Barat yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal mereka untuk menyerang Rusia sebagai "peserta langsung" dalam konflik tersebut.